Bisnis.com, SOLO - China menjadi salah satu negara yang serba salah dalam konflik lanjutan yang terjadi antara Hamas Palestina vs Israel.
Bagaimana tidak, China menjadi salah satu negara yang dekat dengan kedua pihak yang sedang berkonflik yakni Palestina dan Israel.
Beberapa negara menunjukkan dukungan mereka kepada dua pihak yang bersengketa setelah Hamas Palestina meluncurkan serangan mendadak kepada Israel pada akhir pekan lalu.
Amerika Serikat, Inggris, dan sekutu mereka dari Barat jelas berada di belakang Israel. Washington bahkan telah mengirimkan banyak amunisi senjata kepada Israel.
Di sisi lain, Iran, Korea Utara, Chechnya, dan Rusia disebut-sebut lebih condong berada di sisi Palestina sebab yang mereka inginkan adalah menghapus hegemoni AS dan sekutunya.
Namun China, hingga saat ini masih memilih untuk netral. Sesaat setelah kabar serangan Hamas mencuat. Beijing mengatakan pihaknya “sangat prihatin” dengan meningkatnya kekerasan antara Israel dan Palestina.
Baca Juga
“Tiongkok sangat prihatin dengan meningkatnya ketegangan dan kekerasan antara Palestina dan Israel saat ini,” kata Kementerian Luar Negeri Tiongkok.
China juga menyerukan semua pihak terkait untuk tetap tenang dan menahan diri, segera melakukan gencatan senjata, melindungi warga sipil dan mencegah kerusakan lebih lanjut.
Serba salah China
Dilansir dari Nikkei Asia, awal tahun ini, Tiongkok telah berjanji untuk membantu memfasilitasi negosiasi antara Israel dan Palestina.
Media pemerintah Tiongkok melaporkan adanya kemungkinan penyelesaian berdasarkan proposal tiga bagian yang diajukan oleh Presiden Tiongkok Xi Jinping.
Namun pecahnya kekerasan yang parah mungkin telah menghancurkan harapan-harapan tersebut di masa mendatang, sekaligus menciptakan tantangan baru bagi Tiongkok.
“Ini seperti berjalan di atas tali,” kata Moritz Rudolf, seorang pakar Tiongkok dan rekan di Paul Tsai China Center di Yale Law School.
“Mereka mempunyai kepentingan ekonomi dalam stabilitas kawasan dan mereka juga meningkatkan peran politik mereka," ia menambahkan.
Berbeda dengan AS, India, Jepang, dan negara-negara lain yang secara tegas mendukung Israel, pemerintah Tiongkok mempertahankan posisi netral.
Secara historis, Tiongkok memiliki hubungan diplomatik yang erat dengan para pemimpin Palestina. Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas, tahun ini melakukan kunjungan resminya yang kelima ke Tiongkok dalam hampir dua dekade masa jabatannya.
Namun dalam beberapa tahun terakhir, Tiongkok juga memperdalam hubungan dengan Israel, berinvestasi di bidang infrastruktur dan sektor teknologi yang dinamis di negara tersebut.