Bisnis.com, JAKARTA - Rusia sedang mempertimbangkan untuk bergabung dengan China melarang impor makanan laut Jepang.
Regulator Rusia mengatakan pertimbangan itu dilakukan setelah Jepang melepaskan air radioaktif yang telah diolah dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima ke laut, pada Selasa (26/9/2023).
Jepang mulai membuang air dari pembangkit tersebut ke laut pada bulan lalu, sehingga memicu kecaman keras dari China, dan sebagai balasannya, China memberlakukan larangan menyeluruh terhadap semua impor dari perairan Jepang.
Pengawas keamanan pangan Rusia Rosselkhoznadzor mengatakan pihaknya telah membahas ekspor makanan Jepang dengan rekan-rekannya dari China, Selasa (26/9/2023).
Melansir CNA, Rusia sejauh ini merupakan salah satu pemasok produk kelautan terbesar ke China dan berupaya meningkatkan pangsa pasarnya.
“Dengan mempertimbangkan kemungkinan risiko kontaminasi radiasi pada produk, Rosselkhoznadzor sedang mempertimbangkan kemungkinan untuk bergabung dengan pembatasan China terhadap pasokan produk ikan dari Jepang,” katanya.
Baca Juga
Regulator Rusia mengatakan bahwa negaranya telah mengimpor 118 ton makanan laut Jepang, dan keputusan akhir nantinya diambil setelah negosiasi.
Rosselkhoznadzor mengatakan pihaknya telah mengirim surat ke Jepang perihal perlunya mengadakan pembicaraan dan meminta informasi mengenai pengujian radiologi Jepang terhadap produk ikan yang diekspor, termasuk unsur tritium.
Juru bicara pemerintah Jepang Hirokazu Matsuno mengatakan bahwa negaranya akan meneliti permintaan pengawas keamanan pangan Rusia tersebut.
Selama ini, Jepang mengatakan air tersebut aman setelah diolah untuk menghilangkan sebagian besar unsur radioaktif kecuali tritium, radionuklida yang sulit dipisahkan dari air.
Kemudian, air olahan itu diencerkan ke tingkat yang diterima secara internasional sebelum dirilis. Jepang mengatakan kritik dari Rusia dan China selama ini tidak didukung oleh bukti ilmiah.
“Kami sangat meminta Rusia untuk bertindak berdasarkan bukti ilmiah,” kata Matsuno pada konferensi pers Rabu (27/9/2023).
Dia menambahkan bahwa Rusia adalah anggota tim ahli Fukushima dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang memberi lampu hijau pada rencana pelepasan air pada Juli lalu.