Bisnis.com, JAKARTA - Operator pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima mengatakan bahwa telah menyelesaikan pelepasan tahap pertama air radioaktif yang telah diolah ke laut dengan aman, pada Senin (11/9/2023).
Pihaknya mengatakan akan memeriksa dan membersihkan fasilitas tersebut sebelum memulai putaran kedua dalam beberapa pekan ke depan.
Melansir CNA, PLTN Fukushima mulai membuang air limbah yang telah diolah dan diencerkan ke Samudera Pasifik pada 24 Agustus 2023.
Air olahan tersebut telah terakumulasi sejak pembangkit listrik itu rusak akibat gempa bumi besar dan tsunami pada 2011, dan dimulainya pelepasan air itu menjadi sejarah dalam penghentian PLTN Fukushima.
Pembuangan ini diperkirakan akan terus berlanjut selama beberapa dekade meski mendapat tentangan keras dari kelompok nelayan dan negara-negara tetangga.
China telah memberi tanggapan dengan melarang semua impor makanan laut Jepang, sehingga merugikan produsen dan eksportir, serta mendorong pemerintah Jepang untuk mengumpulkan dana bantuan darurat.
Baca Juga
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, dalam pertemuan puncak negara-negara Asean dan G20 pekan lalu, menekankan keamanan dan transparansi pelepasan air tersebut untuk mendapatkan dukungan internasional dan mengupayakan pencabutan segera larangan impor China.
Selama 17 hari pelepasan air olahan pertama, operator pembangkit listrik Tokyo Electric Power Company Holdings (TEPCO) mengatakan telah membuang 7.800 ton air olahan dari 10 tangki. Sekitar 1,34 juta ton air limbah radioaktif disimpan di sekitar 1.000 tangki di pabrik tersebut.
Juru bicara TEPCO Teruaki Kobashi mengatakan bahwa pekerja pabrik akan membilas pipa dan peralatan lainnya serta memeriksa sistem selama beberapa pekan ke depan sebelum memulai pelepasan putaran kedua sebanyak 7.800 ton yang disimpan di 10 tangki lainnya.
Para pejabat Jepang mengatakan bahwa semua data pengambilan sampel air laut dan ikan sejak awal pelepasan berada jauh di bawah batas keamanan yang ditetapkan.
TEPCO dan pemerintah mengatakan air limbah diolah untuk mengurangi bahan radioaktif ke tingkat yang aman, dan kemudian diencerkan dengan air laut agar lebih aman dibandingkan standar internasional.
Jumlah air olahan akan terus bertambah karena air pendingin yang digunakan pada reaktor yang rusak merembes ke ruang bawah tanah reaktor, lalu bercampur dengan air tanah.
TEPCO berencana melepaskan 31.200 ton air olahan hingga Maret 2024, dan para pejabat mengatakan kecepatannya akan meningkat di kemudian hari.
Pemerintah dan TEPCO mengatakan pembuangan limbah air olahan itu tidak dapat dihindari karena tangki-tangki tersebut akan mencapai kapasitas 1,37 juta ton pada tahun depan dan diperlukan ruang di pabrik tersebut untuk menonaktifkannya.