Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyanyian Saksi Seret Nama Dito Ariotedjo hingga Pejabat BPK di Kasus Korupsi BTS

Saksi mengungkap bahwa aliran uang korupsi BTS mengalir ke kantong Dito Ariotedjo hingga pejabat BPK.
Sejumlah saksi bersiap memberikan kesaksian atas kasus dugaan korupsi penyediaan infrastruktur base transceiver station (BTS) 4G dan infrastruktur pendukung BAKTI Kominfo pada sidang lanjutan di PengadilanTipikor, Jakarta, Selasa (5/9/2023). Sidang lanjutan tersebut mendegarkan keterangan sembilan saksi yang dihadirkan Jaksa Penuntut Umum (JPU). ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/Spt.
Sejumlah saksi bersiap memberikan kesaksian atas kasus dugaan korupsi penyediaan infrastruktur base transceiver station (BTS) 4G dan infrastruktur pendukung BAKTI Kominfo pada sidang lanjutan di PengadilanTipikor, Jakarta, Selasa (5/9/2023). Sidang lanjutan tersebut mendegarkan keterangan sembilan saksi yang dihadirkan Jaksa Penuntut Umum (JPU). ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/Spt.

Bisnis.com, JAKARTA - Teka-teki mengenai aliran uang korupsi pembangunan menara pemancar sinyal atau BTS Kementerian Komunikasi dan Informatika mulai terungkap.

Salah satu saksi kunci, Komisaris PT Solitech Media Sinergy Irwan Hermawan buka-bukaan telah menyerahkan uang Rp27 miliar ke Dito Ariotedjo yang kini menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga. 

Dugaan aliran duit ke Dito terungkap ketika hakim mencecar Irwan mengenai uang miliar dalam rangka pengamanan kasus tersebut. Pertama, Irwan telah menyerahkan Rp15 miliar kepada Edward Hutahaean dan seseorang bernama Windu Aji sebanyak dua kali sebesar Rp30 miliar.

"Ada lagi Pak?," tanya Hakim Fahzal Hendri dalam persidangan.

Kemudian, Irwan menyebut ada aliran dana Rp27 miliar ke Dito Ariotedjo melalui rekannya bernama Resi dan Windi Purnama.

"Yang terakhir namanya Dito. Pada saat itu saya tahunya namanya Dito saja. Belakangan saya ketahui Dito Ariotedjo," tuturnya.

Dia menerangkan bahwa Windu Aji sebagai pihak yang berjanji akan mengamankan kasus ini tidak menyanggupinya. Dengan begitu, dia mengenalkan dengan seseorang bernama Haji Oni.

Hanya saja, Irwan dan Windu Aji tidak diminta untuk berhubungan dengan Haji Oni. Dengan demikian, Dito, Galumbang Menak, dan Resi harus datang secara langsung. Syaratnya, dengan membawa Anang Achmad Latif.

"Lalu beliau besoknya menitipkan pesan lewat Dito. Kebetulan Dito berkontak dengan teman saya namanya Resi untuk berikutnya langsung saja berhubungan dengan Haji Oni tapi tidak dengan orang yang kemarin. Artinya, orang yang kemarin adalah Windu dan saya, pada akhirnya yang bertemu dengan Dito dan Haji Oni itu adalah Pak Galumbang dan Resi, tapi harus mengajak Pak Anang," terangnya.

Dalam catatan Bisnis, Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo pernah dipanggil penyidik Kejagung soal aliran uang tersebut. Dia memenuhi panggilan penyidik dan memberikan keterangan terkait dengan kasus ini pada Senin (3/7/2023).

Dito diperiksa selama 2 jam dari pukul 13.00 WIB hingga 15.00 WIB dengan dicecar 24 pertanyaan. Dia mengaku selama pemeriksaan telah memberikan keterangan yang diminta penyidik gedung bundar.

"Saya ingin mengklarifikasi dan pernyataan juga secara resmi terkait dengan tuduhan saya menerima Rp27 miliar, bagaimana saya tadi sudah menyampaikan yang saya ketahui dan saya alami," Dito di Kejagung beberapa waktu lalu.

Sebagai informasi, saksi tersebut dihadirkan untuk memberikan keterangan terhadap terdakwa kasus BTS Kominfo, mulai dari mantan Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate, eks Dirut Bakti Kominfo Anang Achmad Latif dan Tenaga Ahli pada Human Development Universitas Indonesia (Hudev UI) Yohan Suryanto.

Untuk diketahui, JPU mendakwa para terdakwa tersebut atas kerugian keuangan negara yang disebut mencapai Rp8,03 triliun. Selain jerat kerugian negara, JPU turut mendakwa Anang Latif dengan dakwaan pencucian uang.

Pejabat BPK

Di sisi lain, saksi sekaligus tersangka kasus dugaan korupsi BTS Kominfo lainnya, Windi Purnama menyampaikan bahwa ada aliran dana masuk ke kantong pejabat Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Rp40 miliar.

Windi mengaku diminta oleh eks Direktur Utama BAKTI Kominfo, Anang Achmad Latif untuk memberikan uang sejumlah uang ke pejabat BPK bernama Sadikin di parkiran Hotel Grand Hyatt.

"[Pejabat] Badan Pemeriksa Keuangan yang mulia [sebesar Rp40 miliar]," kata Windi dalam persidangan di Pengadilan Negeri Tindak Pidana Korupsi Jakarta Pusat pada Selasa (26/9/2023).

Kemudian, Hakim Ketua Fahzal Hendri tercengang ketika uang puluhan miliar itu diberikan saat diparkiran dan mempertanyakan pecahan apa yang dibawa dalam koper tersebut.

"Ya Allah, Rp40 miliar diserahkan di parkiran? Uang apa itu? Uang rupiah atau dolar AS, dolar Singapura, atau Euro?" tanya Fahzal.

Windi kemudian menerangkan bahwa uang tersebut diantar ke Sadikin dalam pecahan dolar Singapura dan Amerika.

"Uang asing pak. Saya lupa detailnya mungkin gabungan dolar AS dan dolar Singapura," jawab Windi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Edi Suwiknyo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper