Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan bahwa sistem pertahanan udara patriot Ukraina, buatan Amerika Serikat (AS) rusak terkena rudal hipersonik tingkat tinggi.
Washington tidak memberi pernyataan jelas terkait kejadian tersebut dan sampai saat ini belum memberikan informasi secara pasti.
Kenyataannya, tidak ada berita mengenai performa dari pertahanan udara patriot Ukraina yang dipasok dari AS menunjukan sistemnya rusak parah oleh rudal Rusia, dan tentu saja bukan di medan perang, ujar mantan Analis CIA dan Pakar Keamananan Nasional Larry Johnson, dilansir dari Sputnik, Senin (25/9/2023).
“Ingat ketika mendengar tentang baterai rudal Patriot? …. Anda belum pernah mendengar apa pun tentang hal itu selama berbulan-bulan. Itu dikirim ke Ukraina, dan meledak, sehingga sepertinya apa yang kami kirim hancur atau rusak dan sedang diperbaiki, kejadian ini tentu saja bukan di medan perang,” tegas Johnson, mengomentari pasokan senjata AS ke Kiev.
Analis veteran itu jelas merujuk pada insiden pada Mei 2023 ketika sistem pertahanan patriot buatan AS dihantam oleh rudal hipersonik Kinzhal (Dagger) Rusia di Kiev.
Pakar militer menekankan bahwa Patriot kehilangan 32 rudalnya ketika mencoba mencegat proyektil Rusia dan upaya ini dilaporkan merugikan AS sekitar US$96 juta. Namun Pentagon dan pejabat AS lainnya tidak memberikan komentar jelas terkait insiden tersebut.
Baca Juga
Menurut Johnson, setelah kegagalan ini, AS telah mengirimkan “sistem pertahanan lapis kedua dan ketiga” ke Ukraina.
Dia menyatakan bahwa beberapa birokrat Pentagon akhirnya menyadari bahwa dukungan tanpa batas terhadap Kiev dengan senjata terbaik hanya akan melemahkan kekuatan militer AS dan membuat marah Rusia.
Itu sebabnya, kata mantan analis CIA tersebut, Ukraina akan menerima tank Abrams yang sudah ketinggalan zaman dan pihak pemesan sudah mulai bertaruh berapa lama tank tersebut akan bertahan di medan perang.