Bisnis.com, JAKARTA – Amerika Serikat (AS) meminta Azerbaijan untuk menghentikan aksi militer yang dilancarkannya ke Nagorno-Karabakh yang dikuasai Armenia pada Selasa (19/9/2023), sementara Rusia mendesak kedua belah pihak yang berkonflik untuk menghentikan pertumpahan darah di wilayah pegunungan dan sengketa tersebut.
Melansir BBC, Rabu (20/9/2023), setelah ketegangan meningkat selama berbulan-bulan di Nagorno-Karabakh yang dikuasai Armenia di Kaukasus Selatan, Azerbaijan mengirim pasukan yang didukung serangan artileri ke wilayah tersebut dalam upaya untuk menjatuhkan wilayah yang memisahkan diri tersebut.
Karabakh diakui secara internasional sebagai wilayah Azerbaijan, tetapi sebagian wilayahnya dikuasai oleh otoritas separatis Armenia yang mengatakan bahwa itu adalah tanah leluhur mereka.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken melakukan panggilan telepon dengan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev dan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, mendesak Baku untuk meredakan ketegangan.
“Saya berbicara dengan Presiden Azerbaijan Aliyev hari ini dan mendesaknya untuk segera menghentikan aksi militer di Nagorno-Karabakh,” kata Blinken di media sosial.
Dalam pembacaan seruan tersebut, Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa Aliyev "menyatakan kesiapan" untuk menghentikan permusuhan dan mengadakan pertemuan dengan perwakilan Nagorno-Karabakh.
Baca Juga
Blinken memberi tahu Pashinyan dalam panggilan telepon mereka bahwa Armenia mendapat dukungan penuh dari Washington.
Armenia menguasai sebagian besar wilayah dalam perang yang terjadi ketika Uni Soviet runtuh. Azerbaijan mengambil kembali sebagian besar wilayahnya dalam konflik enam minggu pada tahun 2020, yang berakhir dengan gencatan senjata yang ditengahi Rusia.
Tidak jelas apakah tindakan Baku akan memicu konflik skala penuh yang berlarut-larut di Armenia, namun pertempuran di Karabakh dapat mengubah keseimbangan geopolitik di Kaukasus Selatan.