Bisnis.com, JAKARTA - Kantor Kepresidenan Azerbaijan mengatakan pada 19 September bahwa mereka akan melanjutkan operasi militer terhadap Nagorno-Karabakh sampai formasi militer ilegal Armeniamenyerah.
Sebelumnya, Armenia mengecam serangan tersebut dan mengklaim bahwa pasukan Armenia tidak ditempatkan di Nagorno-Karabakh dan tidak berpartisipasi dalam permusuhan.
Azerbaijan juga mengaku siap bertemu dengan perwakilan penduduk Armenia Nagorno-Karabakh di kota Yevlakh, Azerbaijan.
Sebelumnya pada 19 September, Azerbaijan melancarkan operasi militer di Nagorno-Karabakh dengan klaim tujuan memulihkan tatanan konstitusional.
Menurut informasi terbaru yang diterbitkan oleh Ombudsman Republik Nagorno-Karabakh yang memproklamirkan diri, 25 orang tewas akibat permusuhan dan 138 lainnya luka-luka.
Nagorno-Karabakh diakui sebagai wilayah Azerbaijan berdasarkan hukum internasional. Populasinya yang berjumlah 120.000 jiwa sebagian besar adalah orang Armenia.
Baca Juga
Wilayah ini mendeklarasikan kemerdekaan pada tahun 1991 dengan dukungan militer Yerevan. Hingga tahun 2020, Armenia secara de facto menguasai Nagorno-Karabakh bersama wilayah sekitarnya.
Pada tahun 2020, Azerbaijan melancarkan operasi militer untuk menguasai sebagian Nagorno Karabakh.
Pada November 2020, Rusia menjadi perantara gencatan senjata antara Armenia dan Azerbaijan. Moskow mengirimkan pasukan untuk berpatroli di koridor Lachin, satu-satunya jalan yang menghubungkan Nagorno-Karabakh dengan Armenia.
Pada tahun 2022, Yerevan menuduh Rusia gagal dalam misi penjaga perdamaiannya ketika Moskow mulai menarik pasukannya pada tahun 2022 dan mengizinkan Azerbaijan memblokade Nagorno-Karabakh, sehingga mencegah pasokan kebutuhan pokok menjangkau penduduk.