Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI memberikan keterangan terkait pelepasan air radioaktif pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima Jepang ke laut.
Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi mengatakan terdapat dua kunci penting dibalik pelepasan air radioaktif PLTN Fukushima Jepang tersebut.
Dia menjelaskan dua kunci itu antara lain, yang pertama yaitu transparansi dari prosesnya, dan yang kedua dari sisi monitoringnya.
"Ada dua kunci untuk Fukushima, satu adalah mengenai transparansi dari prosesnya itu. Yang kedua adalah dari sisi monitoringnya," katanya, saat ditanyai Bisnis di Komisi I DPR RI, pada Kamis (31/8/2023).
Retno menekankan bahwa semua yang berkaitan dengan pelepasan air PLTN Fukushima harus dilakukan bersama dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
"Semuanya itu memang harus dilakukan bersama dengan IAEA. Jadi itu posisi Indonesia yang terkait dengan Fukushima, transparansi monitoring, dan bekerja sama dengan IAEA," tambahnya.
Baca Juga
Seperti diketahui, Jepang dan organisasi ilmiah mengatakan air yang dilepaskan tersebut aman, namun aktivis lingkungan berpendapat bahwa semua dampak yang mungkin terjadi belum diteliti.
IAEA, pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memberikan lampu hijau pada rencana pelepasan air limbah PLTN Fukushima tersebut pada Juli lalu.
Selain itu, IAEA juga menyatakan bahwa pelepasan air PLTN Fukushima ke laut telah memenuhi standar internasional dan tidak akan berdampak terhadap manusia dan lingkungan.
Jepang mengatakan kadar tritium dalam air yang dilepaskan tersebut berada di bawah batas yang dianggap aman untuk diminum menurut standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Pemerintah Jepang mengatakan tingkat akhir tritium dalam air tersebut sekitar 1.500 becquerel per liter, jauh lebih rendah dibandingkan batas standar yang ditetapkan oleh WHO untuk air minum yakni 10.000 becquerel per liter. Becquerel adalah satuan radioaktivitas.