Bisnis.com, JAKARTA - Operasi militer di dekat Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia, termasuk beberapa ledakan dalam seminggu terakhir, menimbulkan risiko keamanan nuklir yang berkelanjutan, Badan Energi Atom Internasional (IAEA) melaporkan pada 22 Agustus.
Pakar IAEA melaporkan lima ledakan di wilayah tersebut pada 20 Agustus dan lima ledakan lainnya pada 21 Agustus.
“Situasi keselamatan dan keamanan nuklir secara keseluruhan masih genting,” kata Direktur Jenderal IAEA Rafael Mariano Grossi.
Perwakilan dari PLTN Zaporizhzhia tersebut juga menggambarkan ledakan pada 14 Agustus yang begitu kuat hingga mengguncang jendela mereka.
Hal ini disusul dengan suara tembakan pada 16 Agustus. Ledakan lain terjadi di dekat pabrik pada 17 Agustus.
Laporan tersebut juga menyebutkan ledakan pada 18 Agustus di dekat Enerhodar, tempat sebagian besar personel pabrik tinggal.
Baca Juga
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia (ZNPP) merupakan pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa, namun telah diduduki oleh pasukan Rusia sejak Maret 2022.
Pembangkit listrik ini berada di garis depan perang Rusia melawan Ukraina, di mana penembakan setiap hari merupakan hal yang rutin dilakukan.
Penghancuran bendungan Kakhovka oleh militer Rusia pada tanggal 6 Juni menempatkan integritas ZNPP pada risiko lebih lanjut. Pabrik Zaporizhzhia mengandalkan air dari Waduk Kakhovka untuk mendinginkan enam reaktornya.
Laporan IAEA mengatakan ZNPP berencana membangun selusin sumur di sekitar lokasi dan telah berhasil mulai memompa air dari sumur air tanah baru. Menurut laporan tersebut, ZNPP memiliki cukup air pendingin untuk berbulan-bulan"
Namun, Grossi menegaskan bahwa solusi ini saja tidak cukup.
"Ini pekerjaan vital," kata Grossi. “Tetapi solusi sebenarnya adalah mengakhiri konflik.