Bisnis.com, JAKARTA - Pemberontak yang mengkudeta Niger menunggu tanggapan dari Komunitas Ekonomi Negara-negara Afrika Barat (ECOWAS) setelah mengabaikan tenggat waktu untuk mengembalikan presiden yang digulingkan Mohamed Bazoum.
ECOWAS sebelumnya mengancam jika tidak membebaskan Bazoum, maka dapat menyebabkan terjadinya intervensi militer.
Adapun kini, ECOWAS mengatakan akan mengeluarkan pernyataan tentang langkah selanjutnya sebagai tanggapan atas penolakan junta untuk menyerah.
Melansir Reuters, blok tersebut telah mengambil sikap keras terhadap kudeta ketujuh di kawasan itu dalam 3 tahun terakhir.
Mengingat kekayaan uranium dan minyaknya serta peran pentingnya dengan militan Islam, Niger juga penting bagi Amerika Serikat (AS), Eropa, China, dan Rusia.
Saat tenggat waktu berakhir, junta militer menutup wilayah udaranya sampai pemberitahuan lebih lanjut, dengan alasan meningkatnya ancaman intervensi militer, pada Minggu (6/8/2023).
Baca Juga
Eskalasi pemberontak Niger dengan ECOWAS akan semakin mengguncang salah satu negara termiskin di dunia itu, yang mengalami krisis kelaparan.
ECOWAS berupaya memerangi pemberontakan yang telah menewaskan ribuan orang dan memaksa jutaan orang melarikan diri tersebut.
Seperti diketahui, tentara pemberontak di Niger mengumumkan telah mengkudeta dan menggulingkan presiden yang saat itu berkuasa Mohamed Bazoum, pada 26 Juli 2023.
ECOWAS telah menyepakati kemungkinan rencana aksi militer, termasuk jadwal akan menyerang, jika pemimpin negara yang digulingkan Mohamed Bazoum tidak dibebaskan dan dipulihkan dalam sepekan hingga Minggu (6/8/2023).
Adapun ECOWAS merupakan gabungan dari negara-negara Afrika Barat yang memiliki markas besar di Abuja, Nigeria.