Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Luar Negeri Prancis menyatakan bahwa negaranya akan mendukung upaya dari Komunitas Ekonomi Negara Afrika Barat (ECOWAS) untuk menggagalkan kudeta militer di Niger.
Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna bertemu dengan Perdana Menteri Niger Ouhoumoudou Mahamadou dan duta besar Niger di Paris, pada Sabtu (5/8/2023).
Dia mengatakan sebelumnya bahwa junta militer di Niamey memiliki waktu selama sepekan untuk menyerahkan kembali kekuasaan, hingga Minggu (6/8/2023).
Adapun jika tidak dipenuhi, ancaman dari negara-negara anggota ECOWAS untuk melakukan intervensi militer harus ditanggapi dengan sangat serius.
"Ancaman itu kredibel," katanya di radio publik Prancis, seperti dilansir dari Reuters, pada Senin (7/8/2023).
Meski begitu, Prancis tidak merinci bentuk dukungannya itu akan memerlukan dukungan militer atau tidak, untuk intervensi ECOWAS di Niger.
Baca Juga
Tentara pemberontak di Niger mengumumkan telah mengkudeta dan menggulingkan presiden yang saat itu berkuasa Mohamed Bazoum, pada 26 Juli 2023.
ECOWAS mengutuk kudeta tersebut, dengan memberlakukan sanksi ekonomi dan perjalanan termasuk memutus pasokan listrik ke Niger.
Kepala pertahanan blok itu telah menyepakati kemungkinan rencana aksi militer, termasuk jadwal akan menyerang, jika pemimpin negara yang digulingkan Mohamed Bazoum tidak dibebaskan dan dipulihkan dalam waktu sepekan hingga Minggu (6/8/2023).
Adapun Economic Community of West African States (ECOWAS) itu merupakan komunitas ekonomi yang tergabung dari negara-negara Afrika Barat yang memiliki markas besar di Abuja, Nigeria.
ECOWAS dibentuk untuk menciptakan blok perdagangan yang besar melalui kerja sama ekonomi antara negara Afrika Barat.