Bisnis.com, JAKARTA - Bos tentara bayaran Wagner Yevgeny Prigozhin memuji kudeta militer Niger dan menawarkan jasa para pejuangnya untuk perlawanan.
Prigozhin Wagner dalam saluran Telegram baginya kudeta Niger menggambarkan sebagai pembebasan yang telah lama tertunda dari penjajah Barat dan menawarkan para pejuangnya untuk bisa membantu menjaga ketertiban.
Menurutnya Prigozhin yang terjadi di Niger tidak lain adalah perjuangan rakyat terhadap penjajahan. Penjajah mencoba memaksakan aturan hidup dan menjaga mereka dalam keadaan Afrika sejak ratusan tahun yang lalu.
“Hari ini, ini secara efektif mendapatkan kemerdekaan mereka. Sisanya, tanpa diragukan lagi, akan bergantung pada warga Niger dan seberapa efektif pemerintahannya, tetapi yang utama adalah mereka telah menyingkirkan para penjajah,” katanya dalam pesan itu.
Adapun sampai saat ini, tidak jelas pihak yang bertanggung jawab atas kudeta Niger, setelah tentara mengumumkan kudeta militer dan menahan Presiden Mohamed Bazoum di Istana Kepresidenan, pada Rabu (26/7/2023) malam.
Melansir Aljazeera, Niger salah satu negara yang termiskin di dunia tetapi juga menyimpan beberapa cadangan uranium terbesarnya, mendeklarasikan kemerdekaan penuh dari mantan penguasa kolonial Prancis pada 1960.
Baca Juga
Pesan suara tersebut merupakan tanda terbaru bahwa Prigozhin dan anak buahnya tetap aktif di Afrika, di mana mereka masih memiliki kontrak keamanan di beberapa negara seperti Republik Afrika Tengah (CAR), dan ingin memperluasnya.
Prigozhin (62) tampaknya terus menikmati kebebasan dengan leluasa beraktivitas meskipun kesepakatan dengan Kremlin pasca-pemberontakan membuatnya pindah ke Belarusia, di mana beberapa anak buahnya sudah mulai melatih tentara.
Dia mengatakan kepada anak buahnya di Belarusia bahwa harus mengumpulkan kekuatan untuk perjalanan baru mereka ke Afrika, dalam sebuah video yang dirilis awal bulan ini.
Ada berbagai penampakan Prigozhin di Rusia sejak kesepakatan pasca-pemberontakan tercapai, dan Kremlin mengatakan dia bahkan telah menghadiri pertemuan dengan Putin.