Bisnis.com, JAKARTA – Ukraina menuding tindakan Rusia di PLTN Zaporizhzhia sebagai bentuk pemerasan terhadap dunia Barat.
Hal itu diungkapkan oleh dikemukakan oleh , Wakil Perdana Menteri - Menteri untuk Teintegrasi Wilayah Pendudukan Sementara Ukraina Iryna Vereshchuk, sebagaimana dikutip dari laman resmi pemerintah Ukraina.
Iryana menuturkan bahwa tindakan Rusia yang mengancam untuk menciptakan bencana buatan manusia sangat berbahaya. Dia kemudian merujuk kepada peristiwa peledakan bendungan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Kakhovka.
"Penduduk kami bertekad untuk melanjutkan pertempuran meskipun ada ancaman nuklir. Itulah mengapa Rusia memeras negara-negara di dunia Barat. Ia ingin Barat menekan pada Presiden kami dan semua pembuat keputusan untuk memaksa Ukraina ke meja perundingan. Tanggapan kami terhadap ancaman ini tegas: kami akan terus membebaskan semua wilayah kami," rangkum Iryna Vereshchuk.
Pendudukan PLTN Zaporizhzhia oleh Rusia memicu kontroversi. Pihak Barat menuding aksi Rusia tersebut sangat berbahaya dan bisa memicu bencana nuklir di Eropa.
Sekadar informasi, pasukan Rusia berhasil mencapai pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia yang diyakini sebagai PLTN terbesar di Eropa dan melepaskan sejumlah tembakan ke arahnya.
Baca Juga
Dikutip melalui New York Post, PLTN Zaporizhzhia terletak di kota Enerhodar, Ukraina disebutkan telah mendapat sejumlah rentetan tembakan dari militer Rusia pada awal perang tahun lalu.
Dikutip melalui akun Twitter @franakviacorka, seorang penasihat senior pemimpin oposisi Belarusia Sviatlana Tsikhanouskaya Franak Viacorka mengunggah cuplikan dari tank dan pasukan Presiden Vladimir Putin yang menembaki pembangkit nuklir.
Dia menyebutkan, hal tersebut dilihat sebagai taktik oleh Rusia untuk mematikan listrik di sekitar Ukraina dan merusak sumber daya bagi warga sipil yang dilindungi.
“Pasukan Rusia menembaki pembangkit listrik tenaga nuklir #Zaporizhzhya, kebakaran besar dimulai. Anda dapat melihat api dan asap. Pembangkit listrik ini adalah salah satu yang terbesar di Eropa, dan kita akan menghadapi bencana,” ujarnya dikutip melalui akun Twitter @franakviacorka, Jumat (4/2/2022).
Dikutip dari Green Peace, PLTN Zaporizhzhia menghasilkan 19 persen listrik Ukraina pada 2020. Adapun, terdapat enam reaktor besar dan enam kolam pendingin dengan ratusan ton bahan bakar nuklir radioaktif tinggi.
Sementara itu, dilansir dari laporan Guardian tiga reaktor yang sebelumnya beroperasi telah ditutup sejak dimulainya invasi Rusia ke Ukraina. Hal ini dilakukan untuk menghindari skenario terburuk, di mana ledakan menghancurkan penahanan reaktor dan sistem pendingin, sebab PLTN Zaporizhzhia berpotensi melepaskan radioaktivitas dari inti reaktor.
Jika kolam bahan bakar nuklir terbakar, bekas kebakaran meluap ke atmosfer dan dapat menciptakan bencana yang jauh lebih buruk daripada bencana PLTN Fukushima Daiichi pada 2011.