Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kronologi Penembakan Remaja oleh Polisi yang Picu Kerusuhan Besar di Prancis

Kerusuhan pecah akibat tindakan polisi yang menembak mati Nahel M (17 tahun) yang tengah mengemudikan mobil di Nanterre, Prancis pada Selasa (27/6).
Para pengunjuk rasa bentrok dengan polisi pada 29 Juni 2023, menyusul kematian Nahel (17 tahun) oleh seorang petugas polisi Prancis di Nanterre, pinggiran kota Paris, Prancis,/Reuters
Para pengunjuk rasa bentrok dengan polisi pada 29 Juni 2023, menyusul kematian Nahel (17 tahun) oleh seorang petugas polisi Prancis di Nanterre, pinggiran kota Paris, Prancis,/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Kerusuhan besar yang dipicu penembakan oleh polisi terhadap seorang remaja terus meluas di kota-kota besar Prancis hingga Kamis (29/6/2023).

Kerusuhan pecah setelah polisi menembak mati Nahel M (17 tahun) yang tengah mengemudikan mobil di Nanterre pada Selasa (27/6). Remaja tersebut dianggap tidak mematuhi perintah polisi untuk menghentikan mobilnya setelah melanggar lalu lintas.

Remaja itu ditembak pada jam sibuk pagi hari Selasa. Dia awalnya tidak berhenti setelah mobil Mercedes AMG yang dikendarainya terlihat berada di jalur busway. Dua petugas polisi mengejar mobil tersebut di tengah kemacetan lalu lintas.

Ketika mobil itu berhasil lolos, salah satu petugas menembak dari jarak dekat melalui jendela pengemudi. Nahel meninggal akibat satu tembakan yang menembus lengan kiri dan dadanya.

Jaksa penuntut umum Pascal Prache mengatakan Petugas polisi tersebut mengakui melepaskan tembakan. Polisi tersebut mengatakan kepada para penyelidik bahwa ia ingin mencegah pengejaran mobil karena khawatir ia atau orang lain akan terluka setelah remaja tersebut diduga melakukan beberapa pelanggaran lalu lintas.

Pengacara petugas Laurent-Franck Lienard mengatakan bahwa kliennya membidik ke arah kaki pengemudi namun terbentur, sehingga ia menembak ke arah dadanya.

"Dia harus dihentikan, tetapi jelas (petugas) tidak ingin membunuh pengemudi," kata Lienard. Ia menambahkan bahwa penahanan kliennya digunakan untuk mencoba menenangkan para demonstran.

Jaksa Prache mengatakan Nahel dikenal polisi karena sebelumnya tidak mematuhi perintah penghentian lalu lintas.

Macron pada hari Rabu mengatakan penembakan itu tidak bisa dimaafkan. Ia kemudian mengadakan pertemuan darurat dan mengutuk kerusuhan tersebut.

”Kekerasan terhadap kantor polisi, sekolah, balai kota, dan negara tidak dapat dibenarkan. Terima kasih kepada para petugas polisi, sersan, petugas pemadam kebakaran, dan perwakilan terpilih yang telah bergerak,” ungkap Macron di Twitter.

Insiden ini telah memicu keluhan lama tentang kekerasan polisi dan rasisme sistemik di dalam lembaga penegak hukum dari kelompok-kelompok hak asasi manusia dan di daerah pinggiran kota yang berpendapatan rendah dan bercampur dengan ras lain yang mengelilingi kota-kota besar di Prancis.

Jaksa penuntut setempat mengatakan bahwa polisi yang terlibat telah menjalani penyelidikan resmi atas pembunuhan tidak disengaja dan akan ditahan di penjara dalam penahanan preventif.

"Jaksa penuntut umum menganggap bahwa syarat-syarat hukum untuk menggunakan senjata tersebut belum terpenuhi," kata Prache.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper