Bisnis.com, JAKARTA -- Presiden Rusia Vladimir Putin memberi tiga pilihan kepada kelompok pasukan bayaran Wagner yakni menandatangani kontrak dengan Kementerian Pertahanan Rusia, kembali ke keluarga, atau pergi ke Belarusia, tempat bos pasukan bayaran itu, Yevgeny Pregozhin, kini berada.
Tawaran itu diberikan oleh Putin pasca peristiwa pemberontakan PMC Wagner yang sempat membuat geger publik Rusia beberapa waktu lalu.
"Saya berterima kasih kepada para prajurit dan komandan kelompok Wagner yang membuat satu-satunya keputusan yang benar, berhenti di baris terakhir," ujar Putin dikutip dalam keterangan resminya di IG Kremlin, Selasa (27/6/2023).
Menariknya, Putin dalam pernyataannya itu sama sekali tidak menyinggung nama Pregozhin. Padahal Pregozhin adalah sosok pimpinan Wagner dan orang paling bertanggungjawab terhadap kekacauan akhir pekan lalu.
Dia hanya menegaskan bahwa Kremlin akan memenuhi kesepakatan yang dicapai sebelumnya.
"Janji yang saya buat akan terpenuhi. Semua pilihan itu ada di tangan kalian."
Baca Juga
Sekadar informasi, Putin sempat murka kepada pasukan Wagner yang dengan sembrono menyerang wilayah Rusia dan menduduki kota Rostov di Rusia Selatan. Putin menyebut para pasukan bayaran yang terlibat sebagai pengkhianat. Dia juga berjanji akan melakukan langkah apapun untuk melindungi negara dari pemberontakan Wagner.
Dalam perkembangannya, pemberontakan Wagner ternyata hanya berumur seumur jagung. Tak sampai 24 jam, bos grup Wagner Yevgeny Pregozhin memutuskan untuk mengurungkan niat menyerang Moskow. Berkat mediasi Presiden Belarusia, Alexandr Lukashenko, Pregozhin menarik pasukannya kembali keluar Rusia.
Sementara itu, Putin dalam pernyataan terbarunya berterima kasih kepada rakyat Rusia yang telah bersatu untuk melawan dan menggagalkan semua kekacauan yang dipicu oleh kelompok Wagner.
Dia juga menegaskan bahwa semua pemberontakan bersenjata akan ditekan dalam hal apa pun.
Putin bahkan mengungkapkan para pemberontak sebenarnya memahami segalanya, termasuk fakta bahwa tindakan mereka bersifat kriminal, bertujuan untuk mempolarisasi orang dan melemahkan negara, yang saat ini melawan ancaman eksternal yang sangat besar dan tekanan dari luar yang belum pernah terjadi sebelumnya.
"Mereka melakukan ini pada saat rekan-rekan kita sekarat di garis depan dengan kata-kata "Jangan mundur!".
Mantan agen intelijen Uni Soviet itu juga menuding para pimpinan pemberontak yakni Pregozhin selain telah mengkhianati negara dan rakyatnya, juga mengkhianati orang-orang yang mereka seret ke dalam kejahatan mereka.
"Mereka berbohong kepada mereka, mendorong mereka sampai mati, menyerang mereka, memaksa mereka untuk menembak orang-orang mereka," tukasnya.