Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa upaya untuk membatalkan pemberontakan bersenjata oleh grup Wagner adalah untuk menghindari pertumpahan darah, pada Sabtu (24/6/2023).
Pemimpin grup tentara bayaran Wagner yang memimpin pemberontakan Yevgeny Prigozhin mengatakan dia tidak pernah bermaksud untuk menggulingkan pemerintahan Rusia.
Melansir Reuters, Putin melalui pidato pertamanya untuk publik di televisi mengatakan bahwa pemberontakan grup Wagner mengancam keberadaan Rusia dan yang berada di belakangnya akan dihukum.
"Sejak awal kejadian, langkah-langkah diambil atas instruksi langsung saya untuk menghindari pertumpahan darah yang serius. Waktu diperlukan, antara lain, untuk memberi mereka yang telah melakukan kesalahan kesempatan untuk sadar, untuk menyadari bahwa tindakan mereka dengan tegas ditolak oleh masyarakat, dan bahwa petualangan di mana mereka terlibat memiliki konsekuensi bagi Rusia dan negara kita," katanya.
Prigozhin berbicara dalam pesan audio 11 menit yang diunggah melalui saluran Telegram yang memberikan sedikit petunjuk tentang keberadaannya, atau kesepakatan di mana dia menghentikan langkah menuju Moskow.
Dia mengejutkan dunia dengan memimpin pemberontakan bersenjata, sebuah peristiwa yang dilihat banyak pemimpin Barat sebagai rapuhnya militer Putin setelah menginvasi Ukraina selama 16 bulan.
Baca Juga
Pemimpin tentara bayaran itu tiba-tiba menghentikan pemberontakan setelah para pejuangnya mendekati Moskow tanpa perlawanan selama jarak hampir 800 km (500 mil).
Presiden Rusia mengatakan bahwa dia akan menghormati janjinya untuk mengizinkan pasukan Wagner pindah ke Belarusia, dan menandatangani kontrak dengan Kementerian Pertahanan Rusia, atau kembali ke keluarga mereka.
Juru Bicara Kremlin mengatakan bahwa Putin bertemu dengan kepala dinas keamanan Rusia, termasuk Menteri Pertahanan Sergei Shoigu, pada Senin (26/6/2023) malam.
Salah satu tuntutan utama Prigozhin adalah agar Shoigu dipecat, bersama dengan jenderal tertinggi Rusia, yang belum muncul di depan umum sejak pemberontakan hingga Senin malam.
Prigozhin (62) mantan sekutu Putin dan mantan narapidana yang pasukannya telah melakukan pertempuran paling berdarah dalam perang Ukraina.
Dia menentang perintah untuk menempatkan pasukannya di bawah komando Kementerian Pertahanan Rusia, pada bulan ini. Lebih lanjut, dia mengatakan para pejuangnya telah menghentikan pemberontakan di Rusia untuk mencegah pertumpahan darah.