Bisnis.com, JAKARTA - Pada tanggal 25 Juni, Presiden Volodymyr Zelensky berbicara dengan Presiden AS Joe Biden, membahas mengenai gelojak yang terjadi di Rusia.
Gejolak itu berupa pemberontakan bersenjata satu hari dari kelompok tentara bayaran Wagner terhadap militer Rusia.
“Peristiwa kemarin mengungkap kelemahan rezim Putin. Dunia harus menekan Rusia sampai tatanan internasional dipulihkan,” kata Zelensky.
Presiden menambahkan bahwa para pemimpin juga membahas pentingnya memberikan lebih banyak pertahanan udara untuk melindungi langit Ukraina.
Selain itu, para presiden mengoordinasikan posisi kedua negara menjelang KTT aliansi NATO, yang akan berlangsung pada 11-12 Juli di kota Vilnius, Lituania.
"Saya berterima kasih atas kesiapan Anda dan kesiapan rakyat Amerika untuk berdiri berdampingan dengan Ukraina hingga pembebasan penuh semua wilayah kami dalam perbatasan yang diakui secara internasional," tambah Zelensky.
Baca Juga
Sementara itu, Kedutaan Besar Ukraina di Israel menuduh negara itu kerjasama erat dengan Rusia dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan pada 25 Juni.
Menurut kedutaan, tanda-tanda yang menunjukkan posisi Israel yang pro-Rusia yaitu hampir tidak ada bantuan kemanusiaan ke Ukraina.
Selain itu ada petunjuk lain yakni beberapa wawancara kontroversial oleh Perdana Menteri Netanyahu, dan baru-baru ini, adanya dua putaran negosiasi politik tingkat tinggi dengan Kementerian Luar Negeri Rusia.
Sebagai tanggapan, Kementerian Luar Negeri Israel berencana untuk memanggil Duta Besar Ukraina untuk Israel Yevgen Kornichuk untuk menegur pernyataan kedutaan tersebut terhadap kebijakan Israel terkait perang Rusia melawan Ukraina, tulis The Jerusalem Post.
“Mungkin ada kemajuan dalam masalah kemanusiaan, tapi Anda tidak bisa memenangkan perang dengan perban dan antibiotik. Kita harus memiliki kemampuan untuk menyelamatkan nyawa orang,” kata Kornichuk, seperti yang dilaporkan Jerusalem Post.