Bisnis.com, Jakarta – Bos tentara bayaran Wagner, Yevgeny Prigozhin, mengubah pikirannya. Dia membatalkan rencananya untuk memasuki Moskow. Alasannya, karena ingin menghindari pertumpahan darah sesama orang Rusia.
Wagner adalah tentara bayaran asal Rusia. Pasukan ini memiliki reputasi tempur yang cukup komplet. Mereka berperan membawa nama Rusia di palagan Afrika Utara dan Suriah. Wagner juga menjadi pasukan pemukul utama di Bakhmut melawan pasukan Ukraina yang disokong Barat.
Namun demikian, selama peperangan khususnya saat pertempuran Bakhmut, Prigozhin kerap terlibat ketegangan dengan Kementerian Pertahanan Rusia. Awalnya dia protes soal kurangnya pasokan amunisi. Dia juga menolak untuk meneken kontrak terkait operasi militer di Ukraina dengan Kemhan Rusia.
Terakhir dia menuding Kemhan Rusia akan melenyapkan pasukan bayarannya. Dia berang dan memutuskan untuk angkat senjata melawan Kremlin. Pasukan Wagner kemudian merebut pusat militer di Rostov. Tak hanya itu Wagner juga menduduki fasilitas militer di kota penting lainnya.
Putin yang mengetahui hal itu murka. Dia menyebut tindakan Prigozhin dan pasukannya sebagai pemberontakan. Putin bahkan berjanji akan menindak setiap tindakan pengkhianatan terhadap Rusia. Prigozhin bukannya mundur. Dia tetap berkukuh kepada pendiriannya. Dia bahkan menyerang balik Kremlin yang dinilai korup dan berbohong terkait kondisi di Ukraina.
Aksi saling lempar kata antara Prighozin dengan Kremlin berlangsung panas. Pasukan Wagner mulai mendekati ibu kota. Tinggal 200 kilometer lagi sampai Moskow. Pertumpahan darah hampir saja terjadi karena Putin juga tak mau kalah. Dia mengerahkan tank dan prajurit Chechnya untuk menghadapi pasukan Wagner.
Baca Juga
Namun di tengah memuncaknya ketegangan, situasi tiba-tiba mereda. Prigozhin memutuskan untuk menarik pasukannya untuk kembali ke kamp. Usut punya usut, ketika ketegangan berlangsung, dia dan Kremlin akhirnya mencapai kesepakatan dengan penengah Presiden Belarusia, Alexandr Lukashenko. Peran Lukashenko sangat penting.
Lukashenko, seperti dikutip dari laman resmi kepresidenan Belarusia, mengungkap cerita di balik kesepakatan antara tuan dan bekas anak buahnya itu.
Dia bercerita, pada pagi tanggal 24 Juni 2023, Rusia Vladimir Putin memberitahunya tentang situasi di Rusia selatan yang disebabkan oleh aksi Wagner. Percakapan berbuah kesepakatan untuk mengambil langkah bersama untuk meredakan situasi saat ini.
“Presiden Belarusia juga mengklarifikasi situasi menggunakan salurannya sendiri dan mengadakan negosiasi dengan bos Wagner Yevgeny Prigozhin dengan persetujuan Presiden Rusia,” tulis kantor Kepresiden Belarusia, dikutip Minggu (25/6/2023).
Konon, negosiasi berlangsung sepanjang hari. Kedua belah pihak sepakat bahwa memulai pertumpahan darah di wilayah Rusia tidak dapat diterima.
Yevgeny Prigozhin menerima proposal Aleksandr Lukashenko untuk menghentikan kemajuan unit bersenjata Wagner di wilayah Rusia dan mulai melakukan deeskalasi ketegangan.
“Saat ini tersedia tawaran yang benar-benar menguntungkan dan dapat diterima untuk meredakan situasi, termasuk jaminan keselamatan bagi para pejuang dari perusahaan militer swasta Wagner.