Bisnis.com, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan pidato pada Peluncuran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Indonesia Emas 2045, di Djakarta Theater, Kamis (15/6/2023).
Dalam acara tersebut, Presiden ke-7 RI ini menekankan bagaimana pedoman sangat dibutuhkan untuk mewujudkan Indonesia sebagai Negara Maju yang kuat di bidang transisi energi, infrastruktur hijau, dan pembangunan Ibu Kota Nusantara.
Berikut Pidato Lengkap Jokowi di Agenda Peluncuran Indonesia Emas 2045:
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya
Bapak/ibu dan saudara-saudara sekalian yang saya hormati, apa kabar semuanya? Apa kabar semuanya? Apa kabar semuanya? Apa kabar semuanya? Sudah sarapan pagi? Sama saya juga belom. Sudah siap semuanya? Pagi hari ini saya mau bagi-bagi tetapi bukan sepeda, juga bukan tiket Coldplay, nanti ada yang bisik-bisi ‘Pak, tiketnya pak!’.
Yang sayang ingin bagi-bagi ini adalah hal yang sangat spesial, lebih spesial lagi dan apa itu yang ingin saya bagi? Saya ingin berbagi visi, berbagi mimpi besar, berbagi cita-cita besar bangsa ini. Tadi dalam perjalanan saya dari istana ke tempat ini, saya membayangkan akan jadi apa Indonesia ini pada 100 tahun kemerdekaannya yaitu pada 2045.
Baca Juga
Kemudian, saya flashback gedung ini Djakarta Theatre di sekitar tahun 1970-an. ini adalah tempat yang paling megah di DKI Jakarta saat itu, pada 1970 dan tahun itu saya belum menginjakkan kaki saya di Jakarta. Masih di Solo, masih di bantaran sungai rumah saya dan habis kena gusur. Ya, benar tahun-tahun 1970-an dan masih ndeso banget, tetapi pada 2023 ini saya berdiri di sini sebagai Presiden Republik Indonesia.
Artinya apa? Dalam 50 tahun perubahan signifikan itu sangat bisa terjadi. Jika kita berani, jika kita mau, dan jika kita punya nyali. Bertekad, berusaha keras, bekerja keras untuk berani melakukan lompatan. Inilah yang kita perlukan.
Adapun, pada 2030-an kita akan mengalami puncak bonus demografi dengan 68,3 total penduduk indonesia berusia produktif yang ini terjadi hanya 1 kali dalam peradaban sebuah Negara, bonus demografi itu hanya terjadi 1 kali dalam peradaban sebuah Negara, ini bisa menjadi peluang tetapi bisa jadi sebuah bencana kalau kita tidak bisa mengelolanya.
Saya melihat, saya baca di berita ini di Negara yang lain sangking sulitnya mencari kerja lulusan S2 [Magister] yang seharusnya bisa menjadi guru saat ini menjadi tukang sapu, itu lulusan S2. Adapun, di sebuah Negara di Afrika pada 2015 juga mendapatkan bonus demografi tetapi dalam 7 tahun justru yang terjadi pengangguran melonjak jadi 33,6 persen.
Saya tidak usah sebut Negara mana tetapi saya yakin bapak ibu tahu dan kita tidak ingin terjadi seperti itu. Oleh sebab itu, kita harus bekerja keras memanfaatkan peluang ini dengan mempunyai perencanaan taktis, bukan perencanaan [biasa] tetapi perencanaan taktis. Visinya juga visi taktis, punya strategi juga yang taktis karena kita berkompetisi dengan Negara lain.
Punya strategi besar tetapi strategi taktis, itu yang dulu kita tidak memilikinya, tetapi sekarang saya tanya ke Menteri PPN/Bappenas (Suharso Monoarfa) [strategi kita] sudah lebih taktis dan lebih detail.
Sekali lagi karena kita berhadapan dengan kompetisi, dengan Negara-negara lain, tak bisa lagi kita kayak dulu-dulu memakai istilah-istilah yang absrud. Contohnya, pengembangan, apa itu pengembangan? Penguatan, apa itu penguatan? Kemudian juga pemberdayaan. Jadi, harus to the point apanya, harus taktis apanya agar membawa kapal besar Indonesia menggapai cita-cita Indonesia emas 2045.
Jadi, rencana taktis visi taktis, strategi besar tetapi strategi yang taktis, kemudian berani mengeksekusinya. Sekali lagi bawa kapal besar Indonesia mencapai cita-cita indonesia emas 2045 menjadi 5 besar ekonomi dunia, peluangnya ada. Itung-itungannya sudah saya dengar semuanya, mulai dari Bappenas saya sudah dengar kalkulasinya, dari IMF saya sudah dengar itungannya, dari world bank juga hampir mirip-mirip, tetapi tantangannya itu yang tidak mudah.
Kita perkirakan GNI (Gross National Income) atau Pendapatan Nasional Bruto per kapita pada tahun ini kita sudah mencapai angka 5.000 lebih sedikit atau US$5.030 pada 2023. Perkiraan pada Indonesia emas 2045 di angka kira-kira US$23.000—US$30.300 per kapita. Itu target lompatannya.
Tingkat kemiskinan sekarang ini meski sudah single digit di angka 9,57 persen tetapi masih tetep angka itu kita harus sampaikan masih tinggi dan pada 2045 diperkirakan di 0,5 sampe 0,8 persen, tetapi memang bukan hal yang mudah, bukan hal yang gampang
Menurut saya ada 3 hal pokok penting yg menjadi acuan. Pertama untuk menggapai itu, penting stabilitas bangsa ini harus terjaga, karena tidak ada 1 Negara pun yg berhasil mencapai sebuah kemakmuran saat kondisinya tidak stabil.
Tunjukkan Negara mana? Saat negaranya terpecah gak akan mencapai kemakmuran. Kalau kisruh terus gak akan namanya akan mencapai sebuah kemakmuran, sekali lagi stabilitas.
Kedua, harus ada keberlanjutan dan kesinambungan. Itu harus, kalau sudah kesatu, kedua, ketiga, sampai SMA, semestinya keempat diteruskan sampai universitas. Jangan balik SD lagi, setuju?
Kepemimpinan itu ibarat tongkat estafet, bukan meteran pom bensin. Kalau meteran pom bensin itu ‘Pak dimulai dari nol ya,’ apakah kita mau seperti itu? tidak kan? Masa kayak meteran pom bensin. semestinya kalau sudah dari TK, SD, SMP ini ya kepemimpinan berikut masuk ke SMA, universitas, nanti kepemimpinan kedua masuk S2, S3 memang semestinya seperti itu, tidak maju mundur, poco poco, enggak.
Dan, pembangunan indonesiasentris, ini penting. Hilirisasi industri sangat penting. inilah nanti yyangg melompatkan kita kalo hilirisasi berhasil kita akan lompat [menjadi Negara Maju].
Membangun misalnya hilirisasi mineral membangun ekosistem EV (Electric Vehicle) baterai. bagaimana yang dulu kita ekspor hanya mentahan, nikel ekspor hanya mentahan, bisa jadi prekusor, bisa jadi litium baterai. Bagaimana mencapai ekosistem besarnya ini tak mudah, perlu kerja detail, perlu cek terus di lapangan. itu pun bisa meleset, apalagi tidak.
Perkebunan hasil perkebunan jangan diekspor mentah-mentanh saja. Mulai dari palm oil, CPO (Crude palm oil atau minyak kelapa sawit), kenapa gak dibuat barang setengah jadi dan jadi, bisa dibuat sabun atua bisa kosmetik, dan lainnya.
Juga, rumput laut kita punya potensi yang sangat besar sekali tetapi jangan diekspor mentahan. Sekarang rumput laut itu bisa dijadikan bio fuel. Saya baru liat kaget juga saya liat di Jerman. Artinya potensi ini besar, tetapi tantangannya juga besar.
Kemudian, yang kedua Ibu Kota Nusantara (IKN) banyak yang bertanya ke saya itu apa sih pak? Jadi, perlu saya sampaikan bahwa saat ini 56 persen penduduk Indonesia itu ada di Jawa dan terpadat itu di DKI Jakarta, sebanyak 56 persen penduduk kita ada di Jawa, berarti 149 juta dari 17.000 pulau itu ada di pulau Jawa.
Sehingga, itu perlu pemerataan, GDP ekonomi kita 58 persen itu juga ada di Jawa. 17.000 pulau lainnya diberi bagian apa? beban Jakarta itu sudah sangat padat. Sebagai kota pendidikan, kota pariwisata, bisnis, ekonomi, pemerintahan. Macet semua kita sekarang ini dimana-mana. Oleh sebab itu, beban harus dikurangi, pemerataan harus dilakukan, tidak dalam jangka 3-5 tahun yang akan datang, tetapi kita harus liat visi yang jauh ke depan. Oleh sebab itu, hilirisasi, ikn nusantara ini harus diperkuat, dilanjutkan, harus ditingkatkan.
Ketiga adalah Sumber Daya Manusia (SDM) ini kekuatan besar kita tetapi juga jangan hanya menang dari segi jumlah, tetapi juga harus dari segi kualitas. Baik secara fisik, skill, karakter produktif dan disiplin. Ini yg harus dibenahi total termasuk penguasaan Iptek.
Korea Selatan sebagai contoh dalam 8 tahun mampu keluar dari middle income trap atau jebakan Negara berpendapatan menengah, angkanya pada 1987 GDP mereka di angka US$3.500, Kemudian pada 1995, yaitu 8 tahun setelah itu melompat jadi US$11.800. Lompatan seperti ini yang perlu kita tiru, perlu kita contoh karena kualitas SDM-nya yg fokus pada teknologi dan produktifitas.
Bapak/ibu dan saudara-saudara sekalian, Indonesia emas tidak bisa hadir otomatis, tetapi sekali lagi butuh direncanakan dengan baik, butuh fokus yang sama, butuh panduan, butuh haluan. Sehingga saya harap RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) yang diluncurkan dapat jadi pedoman kita bersama.
Apa sih pedoman kita? ada di situ dan terlepas dari itu semua, bagaimana pun baiknya sebuah perencanaan akan sia-sia jika tidak dibarengi dengan kemampuan eksekusi yan baik, maka tak ada artinya.
Oleh sebab itu, untuk mencapai Indonesia Emas 2045 dibutuhkan sangat dibutuhkan smart excecution dan dibutuhkan smart leadership oleh strong leadership yang berani dan pandai mencari solusi dan yang punya nyali, tetapi jangan bicara pilpres (pemilihan presiden) di forum ini. Nanti di forum yang lain saja.
Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan dan mengucap Bismillah secara resmi saya luncurkan RPJMN 2025-2045.
Terima kasih.
Wassalamualaikum