Jejak Q Cyber dan NSO Group
Keberadaan Q Cyber memperkuat indikasi eksistensi alat penyadapan asal Israel masuk ke Indonesia. Pasalnya, dalam banyak dokumen, Q Cyber pernah tercatat sebagai induk NSO Group, produsen alat sadap Pegasus.
Relasi antara Q Cyber dan NSO bisa ditelusuri dari dokumen gugatan yang disampaikan oleh Whatsapp dan Facebook pada 29 Oktober 2019 atau gugatan Apple Inc pada 23 November 2021 ke United States District Court Northern District of California.
Kedua gugatan itu ditujukan kepada pihak Q Cyber dan NSO yang intinya mengeluhkan penggunaan produk NSO, Pegasus, yang menyerang akun Whatsapp atau device pengguna Apple. Whatsapp dalam gugatannya menyebut bahwa NSO dan Q Cyber adalah dua perusahaan yang berbadan hukum di Israel. Hingga Juni 2019, laman resmi NSO Group menyatakan bahwa NSO Group adalah perusahaan milik Q Cyber.
Sementara itu, Q Cyber dalam gugatan Apple dilaporkan bertindak sebagai “distributor komersial” untuk produk NSO, termasuk menandatangani kontrak, menerbitkan faktur, dan menerima pembayaran dari pelanggan NSO.
Dokumen gugatan yang diperoleh tim Indonesia Leaks mengungkapkan bahwa kedua pihak telah menggunakan server Whatsapp, yang berlokasi di Amerika Serikat dan di tempat lain, untuk mengirimkan malware ke sekitar 1.400 ponsel selama April 2019 dan Mei 2019.
Malware NSO Group dirancang untuk menginfeksi perangkat target dengan tujuan mengawasi pengguna Whatsapp (“Target User's”).
Baca Juga
Berkas gugatan Whatsapp mengungkap antara Januari 2018 dan Mei 2019, NSO Group membuat akun aplikasi pesan singkat tersebut untuk mengirimkan kode berbahaya ke perangkat target pada bulan April dan Mei 2019. Akun tersebut dibuat menggunakan nomor telepon yang terdaftar di berbagai negara, salah satunya Indonesia.
NSO bukannya tanpa perlawanan, mereka melakukan banding atas gugatan Whatsapp. Dokumen banding NSO mengungkap bahwa produsen spyware asal Israel itu berupaya mengelak dari gugatan Whatsapp. Namun pada 9 Januari 2023, Mahkamah Agung (MA) Amerika Serikat menolak banding dari NSO Group dan memutuskan bahwa gugatan Whatsapp terhadap NSO Group dapat dilanjutkan.
Pegasus Ditengarai untuk Memata-matai Politisi hingga Aktivis
NSO selama kurun 2018-2021 memang mendapatkan sorotan publik lantaran adanya dugaan penyalahgunaan alat sadap Pegasus. Pegasus ditengarai digunakan oleh otoritas sejumlah negara untuk memata-matai politisi, aktivis dan jurnalis.
Salah satu kasus yang terungkap adalah pembunuhan Jamal Khashoggi, jurnalis asal Arab Saudi yang tewas dimutilasi di Istanbul, Turki pada 2018 silam. Konon posisi Khashoggi terlacak karena bantuan alat sadap asal Israel itu.
Peneliti Citizen Lab, sebuah laboratorium penelitian di Universitas Toronto, Irene Poetranto mengungkapkan bahwa Pegasus telah digunakan oleh sejumlah negara di Asia. Kasus yang pernah ramai adalah penggunaan pegasus di India. Sementara itu, di Asia Tenggara, Pemerintah Thailand diduga kuat memakai Pegasus untuk memata-matai dan melawan demonstran.
”Kami menemukan adanya serangan di telepon Iphone. Serangan terjadi balik layar. Tidak kasat mata jika seorang user tahu kena Pegasus,” kata Irene kepada Indonesia Leaks.
Di Indonesia, pada November 2022, sempat tersiar kabar bahwa Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan sejumlah petinggi negara diduga menjadi korban peretasan alat mata-mata asal Israel lainnya. Ada dugaan bahwa serangan itu dilakukan oleh penyerang yang disponsori negara.
Namun demikian, pada 26 Januari 2023, juru bicara Kemenko Perekonomian Alia Karenina mengungkapkan bahwa tidak ada notifikasi ataupun kiriman file spyware ke email Airlangga Hartarto. “Menko Airlangga menggunakan beberapa handphone yang digunakan untuk keperluan berbeda, tidak hanya iPhone.”
Pegasus atau alat peretas buatan Israel dengan model malware base memiliki sistem kerja yang sangat fleksibel. Sumber-sumber yang ditemui Indonesia Leaks mengonfirmasi bahwa sebenarnya Pegasus tidak perlu mendatangkan perangkat keras atau hardware untuk operasionalnya.
Meski demikian, sumber Indonesia Leaks mengonfirmasi bahwa alat-alat sadap produk NSO, Pegasus, sudah masuk di Indonesia bahkan sebelum pemilihan presiden atau Pilpres 2019. Salah satu institusi yang diduga menggunakan alat tersebut adalah Polri dan Badan Intelijen Negara alias BIN.
Sumber penyelenggara itu bahkan mengaku pernah mengoperasikan Pegasus. “Aparat penegak hukum (APH) enggak paham cara kerjanya, jadi minta tolong ke saya.”
Sementara itu, Tim Indonesia Leaks juga telah mengirimkan surat konfirmasi ke BIN untuk mengonfirmasi keberadaan alat tersebut. Namun hingga berita ini ditulis pihak BIN belum memberikan klafikasi seputar informasi yang ditemukan oleh tim Indonesia Leaks.
Liputan ini diselenggarakan oleh Konsorsium Indonesialeaks yang terdiri dari Majalah Tempo, Koran Tempo, Tempo.co, Jaring.id, Suara.com, Independen.id, dan Bisnis Indonesia.