Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Fakta Terbaru: Perang Rusia-Ukraina Memperburuk Krisis Iklim

Ahli lingkungan mengatakan aktivitas dan efek dari perang Rusia-Ukraina berkontribusi besar terhadap peningkatan emisi karbon global.
Tangkapan layar - Pertempuran sengit antara pasukan Rusia dan Ukraina di Bakhmut, Ukraina bagian Timur pada Selasa (9/5/2023). Tentara Rusia melarikan diri dari posisinya saat pertempuran berlangsung./Reuters
Tangkapan layar - Pertempuran sengit antara pasukan Rusia dan Ukraina di Bakhmut, Ukraina bagian Timur pada Selasa (9/5/2023). Tentara Rusia melarikan diri dari posisinya saat pertempuran berlangsung./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Para ahli lingkungan mengatakan perang Rusia-Ukraina telah memperburuk krisis iklim akibat peningkatan emisi karbon yang dihasilkan dari aktivitas perang.

Melansir Reuters, Selasa (6/6/2023), hal tersebut diungkapkan oleh laporan ahli karbon, yang akan dipublikasikan di tengah-tengah pertemuan iklim PBB di Bonn pada pekan ini.

Sejumlah peneliti yang dipimpin oleh pakar Belanda Lennard de Klerk mengamati berbagai kontributor emisi, mulai dari bahan bakar yang digunakan oleh kendaraan, kebakaran hutan, hingga perubahan penggunaan energi di Eropa dan rekonstruksi bangunan dan infrastruktur di masa depan.

"Kami tidak menyangka bahwa emisi perang akan begitu signifikan dan bukan hanya peperangan itu sendiri yang berkontribusi terhadap emisi, tetapi juga rekonstruksi masa depan dari infrastruktur yang hancur," kata de Klerk melalui telepon dari rumahnya di Hungaria dekat perbatasan dengan Ukraina.

Penghitungan karbon akan menjadi pokok bahasan dalam konferensi iklim COP28 di Dubai tahun ini, ketika negara-negara menilai kemajuan terhadap tujuan iklim yang disepakati di Paris pada tahun 2015.

de Klerk berpendapat bahwa emisi militer sangat penting untuk disertakan dalam perhitungan. Menurut pandangannya, emisi militer ini seringkali terabaikan.

"Tujuan yang seharusnya kita semua miliki adalah mencapai emisi nol pada tahun 2050, termasuk (emisi) militer, tetapi jika Anda tidak mengetahui apa itu emisi militer, sangat sulit untuk mulai bekerja pada kebijakan untuk menguranginya," katanya.

Berdasarkan laporan tersebut, sekiranya setengah dari peningkatan emisi yang terjadi sejak perang dimulai pada Februari 2022 berasal dari rekonstruksi bangunan, jalan, dan sejumlah pabrik yang rusak akibat perang.

Adapun sekitar 19 persen dari emisi tersebut berasal dari berbagai aksi militer seperti pembakaran bahan bakar kendaraan, produksi dan penembakan senjata, serta pembangunan sejumlah benteng beton.

"Jika Anda melihat efek buruk terhadap lingkungan dari apa yang terjadi di Ukraina, perang tersebut merupakan bencana dalam hal emisi karbon," kata James Appathurai, Wakil Asisten Sekretaris Jenderal NATO.

Menurut laporan tersebut, selama perang terjadi, aktivitas ekonomi dalam negeri juga mengalami gejolak.

Sampai pada saat ini, pihak Kementerian Perlindungan Lingkungan Ukraina pun menganggap bahwa pembahasan terkait iklim perlu lebih serius.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper