Bisnis.com, JAKARTA - Ukraina menyebut bahwa rencana perdamaian sebagai satu-satunya cara untuk mengakhiri perang dengan Rusia. Namun, Presiden Volodymyr Zelensky menolak inisiatif perdamaian dari China, Brasil, Vatikan, hingga Afrika Selatan.
Pemerintah Ukraina menilai bahwa kedua belah pihak, Rusia dan Ukraina, sudah tak lagi dapat mengusahakan upaya mediasi.
Kepala Penasihat Diplomatik Ihor Zhovkva menilai bahwa pemerintah pun tidak tertarik pada gencatan senjata yang mengunci teritorial Rusia dan menginginkan implementasi rencana perdamaian dengan syarat penarikan penuh pasukan Rusia.
Dia menyebut bahwa, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bahkan menolak inisiatif perdamaian dari China, Brasil, Vatikan, hingga Afrika Selatan karena tidak mengharuskan pasukan Rusia menarik diri dari wilayah Ukraina sebagai salah satu syaratnya.
"Tidak mungkin ada rencana perdamaian Brasil, rencana perdamaian China, rencana perdamaian Afrika Selatan ketika Anda berbicara tentang perang di Ukraina," ujarnya seperti dikutip dari Reuters, Selasa (30/5/2023).
Zelensky membuat dorongan besar untuk mengadili Global South bulan ini sebagai tanggapan atas gerakan perdamaian dari beberapa anggotanya.
Baca Juga
Seperti diketahui, Global South yang menjadi sebuah istilah untuk menunjukkan wilayah Amerika Latin, Afrika, dan sebagian besar Asia itu telah menjadi tempat Rusia mengiventasikan energi diplomatiknya selama bertahun-tahun.
Moskow bahkan terus memperkuat hubungan dengan Global South selama perang di Ukraina, termasuk dengan menjual lebih banyak kekayaan sumber daya alam (SDA) ke India dan China.
Pada pertengahan Mei 2023, Presiden Ukraina ini mengadakan pembicaraan dengan tuan rumah KTT Liga Arab di Arab Saudi, yakni Putra Mahkota Mohammed bin Salman dan beberapa delegasi lainnya.
Kemudian, dia melanjutkan kunjungan diplomatiknya ke Jepang, tempat di mana KTT G7 diselenggarakan.
Di sana, Zelensky bertemu sejumlah tokoh penting, seperti Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi.
Kesempatan tersebut dimanfaatkan Presiden Ukraina itu untuk membujuk para pemimpin negara G7 untuk bisa membawa sebanyak mungkin pemimpin di Global Selatan ke KTT Perdamaian yang diusulkan oleh Kyiv pada musim panas ini.
Sementara di Kyiv, pejabat pemerintahan setempat juga telah memperoleh dukungan dari sekutu Barat dalam perjuangannya untuk melawan Kremlin.
Menanggapi embargo Barat atas impor minyak Rusia melalui laut, negara itu juga telah bekerja untuk mengalihkan pasokan dari pasar tradisional Eropa ke Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Timur Tengah.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, berharap pihaknya dapat segera menyelesaikan pakta perdagangan dengan Kenya.
Dia dilaporkan telah beberapa kali melakukan perjalanan ke Afrika dan St Petersburg selama perang berlangsung hanya untuk menyukseskan rencana tersebut.