Bisnis.com, JAKARTA - Para pemimpin negara G7 bertemu untuk pertemuan puncak tahunan di Kota Hiroshima, Jepang bagian Barat, mulai dari 19-21 Mei 2023.
G7 adalah kelompok dari negara-negara demokrasi industri terkemuka tanpa sekretariat permanen atau status hukum, yang terdiri dari Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris dan Amerika Serikat (AS).
Grup ini didirikan setelah krisis minyak 1973 sebagai forum bagi negara-negara terkaya untuk membahas masalah ekonomi global.
Negara-negaranya memiliki gabungan produk domestik bruto (PDB) tahunan sebesar US$40 triliun atau Rp597.076 triliun hanya di bawah setengah ekonomi dunia.
Rusia bergabung untuk membentuk G8 pada 1998, tetapi diusir setelah pencaplokan Krimea oleh Moskow pada 2014.
Melansir Aljazeera, kepresidenan KTT G7 berkisar antara 7 anggota negara dan tahun ini giliran Jepang menjadi tuan rumah. Pada 2024, KTT akan diketuai Italia.
Baca Juga
Dua perwakilan Uni Eropa (UE) juga bergabung, dan sudah menjadi kebiasaan dalam beberapa tahun terakhir bagi para pemimpin dari beberapa negara non-G7 dan organisasi internasional untuk ambil bagian dalam beberapa sesi.
Para pemimpin Australia, Brasil, Komoro (ketua Uni Afrika), Kepulauan Cook (ketua Forum Kepulauan Pasifik), India (presiden G20), india (ketua Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara), Korea Selatan dan Vietnam diundang pada tahun ini.
Adapun itu mencerminkan penekanan Perdana Menteri (PM) Jepang Fumio Kishida tentang pentingnya menjangkau negara-negara berkembang, serta sekutu dan mitra AS.
Para pemimpin Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Badan Energi Internasional, Dana Moneter Internasional, Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan, Bank Dunia, Organisasi Kesehatan Dunia dan Organisasi Perdagangan Dunia juga ada dalam daftar tamu.
Isu yang dibahas
Para pemimpin G7 diharapkan mengutuk keras perang Rusia di Ukraina sambil menjanjikan dukungan yang berkelanjutan untuk Ukraina. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dikonfirmasi akan mengikuti sesi tersebut.
Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki mengatakan bahwa dukungan untuk Ukraina dan sanksi kepada Rusia akan menjadi topik utama.
"Dukungan untuk Ukraina dan sanksi terhadap Rusia akan menjadi topik utama diskusi. Kami akan terus berkoordinasi erat dengan G7 dan komunitas internasional untuk meningkatkan efek sanksi guna mencapai tujuan akhir untuk mendorong penarikan Rusia," katanya dalam konferensi pers.
Selain itu, juga akan fokus pada meningkatnya ancaman Beijing terhadap Taiwan, pulau yang diklaim Beijing sebagai miliknya, dan cara-cara untuk mengurangi ketergantungan ekonomi dan rantai pasokan demokrasi Barat pada China.
Negara G7 juga telah memberi isyarat bahwa penggunaan langkah-langkah perdagangan yang bersifat menghukum China akan menjadi agenda utama KTT tahunan dalam 3 hari tersebut.
Penggunaan gerakan ekonomi koersif China telah menjadi masalah yang semakin memprihatinkan di Asia Pasifik dan Eropa dalam beberapa tahun terakhir.
Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Lituania semuanya menghadapi pembatasan perdagangan menyusul perselisihan dengan Beijing tentang berbagai masalah mulai dari asal-usul Covid-19 pandemi ke Taiwan.
Adapun untuk negara-negara berkembang, termasuk banyak bekas jajahan kekuatan Barat dengan beragam pandangan dan hubungan dengan Rusia dan China, G7 akan menawarkan lebih banyak dukungan di bidang kesehatan, ketahanan pangan, dan infrastruktur untuk membantu memperkuat hubungan yang lebih erat.