Bisnis.com, JAKARTA - Presiden AS Joe Biden mengevakuasi diplomatnya setelah konflik yang terjadi di Sudan semakin besar dan serius.
Melansir dari Bloomberg (23/4/2022), Presiden Joe Biden mengatakan telah memerintahkan operasi evakuasi untuk menagamankan diplomat serta personel pemerintah AS lainnya pada Sabtu malam melalui jalur udara.
Berdasarkan informasi dari seorang pejabat yang mengetahui permasalahan tersebut, perintah evakuasi berlaku untuk sekitar 70 orang Amerika. Hingga saat ini masih belum ada rencana evakuasi terkoordinasi pemerintah terhadap warga AS di Sudan.
Biden kemudian mengatakan bahwa dirinya menerima laporan rutin dan bekerja sama dengan sekutu serta mitra dalam upaya ini.
"Saya menerima laporan rutin dari tim saya tentang pekerjaan berkelanjutan mereka untuk membantu orang Amerika di Sudan, sejauh mungkin," ujarnya.
Menurut pernyataan dari Gedung Putih, operasi untuk mengevakuasi orang Amerika dari Sudan, di mana ratusan nyawa telah hilang sejak konflik internal meletus akhir pekan lalu, dibantu oleh Djibouti, Ethiopia, dan Arab Saudi.
Baca Juga
Kepala angkatan bersenjata Sudan, Abdel Fattah Al-Burhan mengatakan bahwa dirinya setuju untuk membantu pemulangan warga negara asing setelah menerima panggilan dari beberapa pemimpin.
Pasukan Dukungan Cepat, sebuah kelompok paramiliter yang telah berperang melawan militer, pada hari Jumat juga memberikan jaminan bahwa mereka akan mendukung proses tersebut.
Kedutaan Besar AS di Sudan sebelumnya mengatakan bahwa meskipun gencatan senjata telah berlangsung tiga hari, namun penembakan, aktivitas pasukan keamanan, penjarahan masih berlangsung di ibu kota, yakni Khartoum.
Untuk itu, disarankan bagi warga AS untuk tetap di dalam rumah dan berlindung di tempat sampai pemberitahuan lebih lanjut, serta menghindari bepergian ke kedutaan.
Di lain sisi, Kedutaan Besar AS di Khartoum telah menangguhkan operasinya. Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan bahwa dirinya mencatat evakuasi semua personel kedutaan.
Blinken sendiri mengarahkan tindakan sementara karena risiko keamanan yang serius dan berkembang, yang ditimbulkan oleh konflik antara Angkatan Bersenjata Sudan dan Pasukan Pendukung Cepat.
“Pertempuran yang meluas telah menyebabkan sejumlah besar kematian dan cedera warga sipil, serta kerusakan infrastruktur penting dan menimbulkan risiko yang tidak dapat diterima bagi personel Kedutaan Besar kami.” jelasnya.
Menurut WHO, setidaknya 413 orang tewas dalam pertempuran di Sudan dan hampir 3.551 orang terluka. Banyak orang kekurangan makanan, air, dan kebutuhan pokok lainnya.
Sementara itu, kekerasan mereda sejak gencatan senjata disepakati pada hari Jumat, suara tembakan dan ledakan sporadis masih terdengar di Khartoum.