Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Kesehatan (Menkes) Sudan Haytham Mohammed Ibrahim mengatakan bahwa sedikitnya 59 orang tewas dan sekitar 200 lainnya luka-luka dalam bentrokan di Sudan pada hari pertama perayaan Idulfitri 1444 Hijriyah.
Dia menjelaskan bahwa 200 orang yang terluka tersebut termasuk 75 orang yang berada di negara bagian Khartoum.
"Jumlah orang yang terluka pada siang hari mencapai 200 orang, termasuk 75 orang di negara bagian Khartoum, 59 orang tewas," katanya, dalam wawancara dengan saluran televisi Al-Sharq, seperti dilansir dari TASS, Sabtu (22/4/2023).
Menurut Menkes Ibrahim, sistem kesehatan masyarakat di negara itu saat ini berada dalam kesulitan, karena banyak lembaga medis sangat terpengaruh oleh operasi pertempuran.
Dia menjelaskan bahwa sebanyak 43 dari 130 rumah sakit di Khartoum hancur total dan cadangan obat-obatan strategis di Darfur Selatan telah hilang dalam kebakaran.
Pasukan Dukungan Cepat (RSF) menyetujui gencatan senjata dengan tentara Sudan untuk liburan Idulfitri, yang dimediasi oleh Mesir, UEA, dan Arab Saudi, pada Kamis (20/4/2023).
Baca Juga
Akan tetapi, bentrokan terus berlanjut antara tentara dan RSF seperti dilansir dari laporan saluran televisi Arab. Kedua belah pihak saling menuduh melakukan serangan di tempat tinggal Khartoum, pada Jumat (21/4/2023).
Seperti diketahui, situasi di Sudan meningkat karena ketidaksepakatan antara komandan tentara Abdel Fattah al-Burhan, yang juga mengepalai Dewan Kedaulatan, dengan Kepala Pasukan Pendukung Cepat (RSF) Mohamed Hamdan Dagalo, yang merupakan wakilnya di dewan.
Bentrokan antara 2 kubu tersebut meletus di dekat pangkalan militer di Kota Merowa dan Khartoum, pada Sabtu (15/4/2023).
Menurut Kementerian Kesehatan Sudan, lebih dari 600 orang tewas akibat pertempuran itu. Sementara itu, Komite Dokter Sudan menyebutkan jumlah korban lebih dari 200 orang.
Sementara itu, laporan tersebut menyatakan bahwa lebih dari 1.000 orang terluka dan lebih dari 3.300 orang telah meninggalkan rumah.