Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa normalisasi hubungan dengan Arab Saudi akan menjadi lompatan besar untuk mengakhiri konflik Arab-Israel, pada Senin (17/4/2023).
Netanyahu berbicara selama pertemuan di Yerusalem dengan Senator Republik Amerika Serikat (AS) Lindsey Graham, dan menegaskan keinginannya untuk berdamai dengan Arab Saudi.
"Kami menginginkan normalisasi dan perdamaian dengan Arab Saudi. Kami memandang itu mungkin sebagai lompatan besar untuk mengakhiri konflik Arab-Israel," katanya, seperti dilansir dari CNA, pada Selasa (18/4/2023).
Menurutnya, perdamaian yang dicapai antara Israel dan Arab akan menjadi sejarah yang baik bagi Israel, Arab Saudi, kawasan dan dunia.
"Perjanjian ini dapat memiliki konsekuensi yang monumental, konsekuensi bersejarah baik bagi Israel, Arab Saudi, kawasan, dan dunia," lanjutnya.
Israel telah membuka hubungan diplomatik dengan beberapa negara Arab, termasuk tetangga Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Bahrain, sejak 2020.
Baca Juga
Akan tetapi, Riyadh menahan diri untuk tidak mengakui Israel, dengan mengatakan langkah seperti itu harus dikaitkan dengan penyelesaian tujuan negara Palestina.
Kemunduran besar bagi Netanyahu terjadi ketika kesepakatan yang ditengahi China melihat musuh regional utamanya, Israel, Iran, memperbaiki hubungannya dengan Arab Saudi, pada bulan lalu.
Kedutaan Iran di Riyadh membuka kembali gerbangnya untuk pertama kalinya dalam 7 tahun, pada Rabu lalu.
Secara terpisah, Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan telah meminta China untuk memberikan pengaruh pada Iran dalam mencegahnya memperoleh senjata nuklir, pada Senin (17/4/2023).
Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen menyatakan telah berbicara dengan Menteri Luar Negeri China, Qin Gang tentang bahaya program nuklir Iran.
"Saya berbicara dengan Menteri Luar Negeri China, Qin Gang, tentang bahaya yang kita lihat dalam program nuklir Iran, bahaya yang dialami oleh banyak negara di kawasan, termasuk negara-negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Iran," kata Cohen.