Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Prancis Emmanuel Macron baru saja pulang dari kunjungan kenegaraan selama tiga hari ke China. Kunjungan panjang negara Eropa ke Tanah China itu mendapat sambutan hangat dari tuan rumah, Presiden Xi Jinping.
Setelah kedatangannya di Prancis, Macron mengatakan bahwa Eropa tidak tertarik pada model penanganan krisis Taiwan oleh China dan AS. Menurutnya dibutuhkan strategi yang independen untuk menyelesaikan ancaman perang menahun itu.
Dilansir dari Reuters pada Senin (10/4/2023), China memulai latihan di sekitar Taiwan pada hari Sabtu. Latihan perang skala pengepungan negara itu sebagai reaksi atas pertemuan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dengan ketua DPR AS Kevin McCarthy pada hari Rabu (5/4/2023).
Pemerintah China memandang Taiwan yang saat ini menjalankan sistem pemerintahan sendiri sebagai wilayahnya. Dengan pertemuan ini, China menganggap Taiwan berusaha mendeklarasikan kemerdekaan.
Reuters juga mengutip tanggapan Macron kepada surat kabar Prancis Les Echos dan Politico, selama kunjungannya ke China. Presiden Prancis itu mengatakan seharusnya Eropa memberi kesempatan dirinya sebagai pihak ketiga antara China dan AS.
"Hal terburuk adalah berpikir bahwa kita orang Eropa harus menjadi pengikut topik ini dan beradaptasi dengan ritme Amerika atau reaksi berlebihan China," mengutip dari Politico.
Eropa perlu menandai industri pertahannya agar lebih baik dengan mengembangkan energi nuklir, dan mengurangi ketergantungannya pada dolar AS guna membatasi ketergantungannya pada AS.
Adapun penasihat Macron, Elysee yang mengatakan kepada wartawan di Guangzhou bahwa selama pertemuan, Xi dan Macron melakukan diskusi “padat dan jujur” terkait masalah Taiwan.