Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ukraina Sedih, Rusia Hentikan Tradisi Tukar Menukar Tentara Muslim di Bulan Ramadan

Rusia menghentikan tradisi tukar menukar tentara muslim di bulan Ramadan.
Ilustrasi pertukaran tentara Rusia dan Ukraina. REUTERS/Violeta Santos Moura
Ilustrasi pertukaran tentara Rusia dan Ukraina. REUTERS/Violeta Santos Moura

Bisnis.com, SOLO - Pemerintah Rusia tak lagi menerima pertukaran tentara muslim dengan Ukraina pada bulan Ramadan 2023.

Perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina telah memasuki Ramadan kedua pada tahun 2023 ini.

Dilansir dari Kyiv Independent, ada satu tradisi yang selama dua tahun terakhir dilaksanakan dua negara tersebut.

Saat bulan Ramadan tiba, baik Rusia ataupun Ukraina sama-sama saling sepakat untuk bertukar tentara muslim milik negara masing-masing.

Tradisi ini telah berhasil menyelamatkan nyawa ribuan tentara yang sempat terluka para karena peperangan.

Akan tetapi menurut laporan terbaru, Rusia berusaha menghentikan tradisi tukar menukar tentara muslim ini dengan Ukraina.

Bukan isapan jempol belakan, hal tersebut disampaikan langsung oleh Daria Zarivna, penasihat komunikasi untuk kepala Kantor Presiden kepada Voice of America .

"Kami mengajukan proposal untuk menukar Muslim 'semua untuk semua' dari kedua belah pihak sebagai tanda penghormatan terhadap budaya dan tradisi mereka, tetapi pihak Rusia tidak antusias dalam menerima ide ini," kata Zarivna.

Dalam pertukaran tahanan terbaru pada 3 April, Ukraina membawa 10 tentara dan dua warga sipil kembali dari tahanan Rusia.

Para prajurit ditangkap selama pertempuran di wilayah Donetsk dan Luhansk, termasuk di dekat Bakhmut. Seorang warga sipil berasal dari desa Lyptsi di Kharkiv Oblast dan yang lainnya berasal dari Mariupol.

Menurut markas koordinasi, masih ada lebih dari lima tentara yang terluka parah di penawanan Rusia, dan Ukraina mengharapkan mereka dibebaskan.

Markas koordinasi telah melakukan 39 pertukaran sejak awal invasi. Lebih dari 2.000 orang telah dibebaskan dari tahanan Rusia.

Namun tampaknya hal ini tidak akan terulang lagi selama Rusia menolak kebijakan yang telah du tahun ini disepakati.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper