Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong mengatakan pihaknya mengejar perjanjian terkait kapal selam bertenaga nuklir, AUKUS (Australia, Inggris, Amerika Serikat), untuk memastikan perdamaian.
Sebelumnya, pada Senin (13/3/2023), rencana untuk mengakuisisi armada sekaligus delapan kapal selam AUKUS sudah diumumkan.
Pemimpin Amerika Serikat (AS), Australia, dan Inggris telah merilis rincian perjanjian untuk mengirimi negara Kangguru kapal selam itu, yang merupakan langkah melawan dominasi Angkatan Laut China di kawasan Indo-Pasifik.
Kesepakatan itu diperkirakan akan membuat Pemerintah Australia merogoh kocek hingga AUD$368 miliar (sekitar Rp3,78 kuadriliun) hingga pertengahan 2050-an.
“Kami tidak berusaha mendapatkan perjanjian ini untuk melakukan apa pun selain berusaha memastikan keseimbangan strategis dengan lebih baik,” kata Wong, dilansir dari channelnewsasia.com, Rabu (15/3/2023).
Saat itu, dia menanggapi pertanyaan tentang bagaimana Pemerintah Australia meyakinkan negara tetangganya agar tak khawatir atas memanasnya situasi di Indo-Pasifik usai perjanjian AUKUS.
Baca Juga
Wong menjelaskan, motivasi di balik pembelian kapal selam bertenaga nuklir itu untuk menjadikan Australia sebagai “kekuatan penengah” seperti kebanyakan negara di Asia Tenggara.
“Kami berusaha memperoleh perjanjian ini untuk membantu menjaga perdamaian. Kami menginginkan kawasan yang damai, stabil, sejahtera, seperti Singapura, Malaysia, seperti Indonesia,” ujarnya.
Dia juga mengklaim Australia memperoleh perpajanjian AUKUS “secara transparan”, dengan memberikan kejelasan terlebih dahulu kepada para pemimpin negara tetangganya.
“Kami akan memberikan kejelasan lebih lanjut. Kami akan terus berbicara dengan kawasan tersebut [Asia Tenggara] dan mendengarkan kawasan tersebut tentang segala kekhawatiran yang mungkin mereka miliki,” katanya.
Lebih lanjut, Wong menekankan Australia tak akan pernah berusaha punya senjata nuklir.
“Apa yang ingin kami lakukan adalah mengganti kapabilitas kapal selam yang sudah tua dengan kapabilitas baru, yaitu propulsi nuklir. Itu sangat berbeda dengan senjata nuklir,” jelasnya.