Bisnis.com, SOLO - Keputusan Menhan Prabowo Subianto untuk melengkapi militer RI dengan alutsista baru ternyata mendapat respons yang cukup beragam dari negara sebelah.
Dilansir dari Japan Times, peneliti senior di Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew di National University of Singapore, Evan Laksmana, memberikan komentar tentang manuver yang dilakukan Prabowo ini.
Menurutnya, keputusan RI untuk membeli alutsista baru sebagai pengganti peralatan militer tuanya adalah keputusan yang tepat.
Akan tetapi, ketergantungan Indonesia pada beberapa pemasok asing, termasuk Rusia, selama bertahun-tahun berarti perangkat keras yang ada terbebani oleh masalah interoperabilitas.
Selain itu menurut Evan, efisiensi militer juga terhambat oleh banyaknya rekrutan baru dan sistem rotasi cepat yang dapat membuat pasukan berganti peran setelah hitungan bulan.
“Anda bisa mendapatkan semua perangkat keras baru yang Anda inginkan, tetapi jika Anda tidak meningkatkan kualitas orang di belakang senjata maka tidak masalah,” kata Laksmana.
Baca Juga
Alutsista baru untuk RI
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto telah meneken kesepakatan senilai 14 miliar dollar untuk membeli 36 jet F-15 baru dari Boeing dari AS. Saat ini, kesepakatan tersebut sedang berada dalam tahap lanjut.
Kemudian, Menhan Prabowo juga sudah teken MoU untuk membeli dua unit kapal selam serang kelas Scorpene dari BUMN Prancis.
Indonesia juga telah memesan 42 jet tempur Rafale dalam kesepakatan senilai 8,1 miliar dollar pada awal tahun 2022 lalu.
RI juga telah menyatakan minatnya untuk membeli drone bersenjata buatan Turki, meski demikian ini baru sekadar rencana.
Dan belum lama ini, Super Hercules C-130Jsudah mendarat di Indonesia dengan aman dan terkendali. Dengan banyakya tambahan alutsista ini, militer RI bisa menjadi salah satu yang terkuat di ASEAN hingga 20 tahun mendatang.