Bisnis.com, JAKARTA - Bakal calon presiden (Bacapres) Anies Baswedan menilai polarisasi dalam pemilu tidak akan bisa dihindari.
Anies mencontohkan, jika dalam kontestasi itu pesertanya laki-laki dan perempuan maka polarisasi yang akan terbentuk adalah isu terkait gender. Hal yang sama juga akan terjadi pada perbedaan identitas lainnya.
"Isu etnis yang muncul kalau di pilkada itu antara putra daerah dan putra luar daerah, isu putra derah muncul. Kalau di dalam pemilu itu antara satu agama Islam, satu agama Kristen, pasti isu agama muncul," jelas Anies di Kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta Pusat, Kamis (2/3/2023).
Oleh sebab itu, dia merasa polarisasi merupakan suatu yang wajar. Yang terpenting, lanjutnya, adalah menjaga polarisasi tak sampai jadi perpecahan.
Anies sendiri menggarisbawahi polarisasi berbeda dengan perpecahan. Menurutnya, akan berbahaya jika polarisasi disamakan dengan perpecahan.
"Kalau saja polarisasi disamakan dengan perpecahan, nanti menimbulkan persepsi yang keliru dengan proses politik karena di proses politik pasti ada polarisasi," ujar mantan gubernur DKI Jakarta itu.
Baca Juga
Lebih lanjut, dia mengatakan polarisasi tak akan jadi perpecahan jika pemenanganya kontestasi itu merangkul semua pihak termasuk yang kalah. Kemudian, pihak yang kalah juga harus lapang dada menerima kekalahannya.
"Dengan begitu demokrasi akan mengalami kemajuan. Tapi kalau yang menang tidak merangkul semua dan yang kalah tidak mau menerima hasil, ya demokrasi akan rusak," ujarnya.
Anies pun mengklaim saat dirinya jadi gubernur DKI Jakarta, dia sudah merangkul setiap pihak. Dia mengaku ke depan juga akan mengedepankan prinsip serupa.