Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Bidang Kemanusiaan PBB Martin Griffiths mengatakan, bahwa gempa bumi dahsyat yang melanda Turki dan Suriah telah menewaskan sedikitnya 50.000 orang.
Jumlah orang yang luka-luka diperkirakan lebih dari 50 ribu orang, puluhan ribu orang masih hilang dan ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal.
Melansir Channel News Asia, Rabu (1/3/2023), Griffiths mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa tiga minggu setelah gempa berkekuatan magnitude 7,8 melanda Turki bagian Selatan dan Suriah di bagian Utara diikuti oleh gempa susulan yang kuat termasuk pada Senin (27/2/2023), menambah jumlah korban.
Dia mengatakan, setidaknya ada 44.000 orang telah tewas di Turki dan sekitar 6.000 orang tewas di Suriah terutama di wilayah Barat Laut yang dikuasai pemberontak.
Griffiths menyebut, bahwa permohonan dana bantuan kemanusiaan secara “kilat” untuk korban gempa Suriah US$397,6 juta hanya terealisasi 42 persen. Sementara, pengajuan dana bantuan sebesar US$1 miliar untuk korban gempa di Turki hanya terealisasi 7,4 persen.
Adapun, Juru Bicara PBB Stephane Dujarric menyebut, bawa dana yang terealisasi itu hanya cukup untuk kebutuhan darurat tiga bulan ke depan.
Baca Juga
Griffiths mengatakan pada pertemuan Dewan Keamanan PBB yang berfokus pada Suriah, bahwa sebelum gempa bumi, 15,3 juta orang - 70 persen dari populasi negara itu - membutuhkan bantuan kemanusiaan, dan dia mengatakan dia melihat selama kunjungan pasca gempa bahwa dalam kondisi musim dingin yang keras seluruh lingkungan telah hancur.
“Penilaian awal menunjukkan 5 juta orang di Suriah membutuhkan tempat tinggal dasar dan bantuan non-pangan,” kata Wakil Sekjen PBB untuk Urusan Kemanusiaan itu.
“Di banyak daerah, empat hingga lima keluarga ditampung dalam tenda, tanpa fasilitas khusus untuk orang lanjut usia, penderita penyakit kronis, atau penyandang disabilitas.”
Selain itu, Griffiths menyampaikan bahwa ratusan bangunan berisiko tinggi runtuh, ribuan lainnya mungkin perlu dihancurkan, risiko penyakit meningkat di tengah wabah kolera pra-gempa, dan harga makanan serta barang-barang penting lainnya meningkat tajam.
“Perempuan dan anak-anak menghadapi peningkatan risiko pelecehan, kekerasan dan risiko eksploitasi, serta kebutuhan akan dukungan psikososial sangat besar,” katanya.
Griffiths mengatakan Suriah membutuhkan sejumlah mesin untuk membersihkan puing-puing, peralatan untuk rumah sakit darurat, dan peralatan untuk memulihkan akses ke air minum.
“PBB sedang bekerja untuk mengatasi hambatan yang tidak diinginkan yang ditimbulkan oleh sanksi dan undang-undang kontraterorisme, termasuk rintangan pengadaan dan penundaan bahan untuk memperbaiki infrastruktur penting, pasokan medis, atau peralatan keamanan untuk operasi kami,” katanya.
Adapun Turki, dua gempa bumi yang sangat besar pada 6 Februari, menyebabkan kerusakan fisik langsung sekitar US$ 34,2 miliar setara dengan 4 persen dari PDB 2021 negara itu, menurut laporan penilaian kerusakan oleh Bank Dunia yang dirilis Senin (27/2/2023).
Laporan itu mengatakan biaya pemulihan dan rekonstruksi akan jauh lebih besar, berpotensi dua kali lebih besar, dan kerugian PDB yang terkait dengan gangguan ekonomi juga akan menambah biaya sebagai dampak gempa.