Bisnis.com, JAKARTA - Dosen Universitas Islam Indonesia (UII) Ahmad Munasir Rafie yang diduga sempat hilang terdeteksi masuk ke Amerika Serikat (AS) melalui Kota Boston di Negara Bagian Massachusetts. Dia memesan tiket ke negara itu dari Jakarta.
Berdasarkan informasi dari laman resmi UII, keberadaan Ahmad sempat tidak diketahui oleh hampir seluruh kerabatnya setelah mengikuti aktivitas mobilitas global di University of South-Eastern Norway (USN). Dia diduga hilang pada 17 Februari 2023.
Saat pergi ke Norwegia, Ahmad tidak sendiri. Dia pergi dengan tiga orang lainnya yakni salah satunya Rektor UII Prof. Fathul Wahid untuk mengunjungi USN dalam rangka kerja sama kedua universitas, dan dukungan pendanaan dari Uni Eropa melalui skema Erasmus+.
Setelah sepekan di USN sejak 5 Februari, maka tim meninggalkan lokasi tersebut melalui Bandara Oslo pada 12 Februari. Tim terbagi dalam tiga penerbangan yang berbeda menuju Tanah Air. Ahmad terbang sendiri menuju Indonesia melalui Istanbul, Turki.
"Menurut rencana yang tersampaikan secara lisan, rute perjalanannya adalah Oslo-Istanbul-Riyadh-Istanbul-Jakarta. AMRP tidak berbagi informasi penerbangan detail kepada kolega di UII dan juga kepada istrinya," demikian dikutip Bisnis dari laman resmi UII, Rabu (22/2/2023).
Kemudian, Ahmad mengirimkan pesan terakhir kepada istirnya pada 12 Februari 2023 siang, atau beberapa saat sebelum menaiki pesawat menuju kota terbesar di Turki itu. Pesan terakhir Ahmad ke keluarga yakni "menunggu boarding".
Baca Juga
Sejak saat itu, dosen Jurusan Informatika, Fakultas Teknologi Industri tak terdengar lagi kabarnya. Keluarga bahkan sempat menunggu kedatangan Ahmad di bandara, sebelum mendapat konfirmasi dari operator bandara bahwa namanya tak ada di manifes.
Setelah itu, berbagai upaya dilakukan. Mulai dari menghubungi pihak KBRI, panitia acara konferensi, serta maskapai, hingga menggali jejak digital pria bergelar doktor (Ph.D) dari Amerika Serikat (AS) itu.
Berkat penelurusan jejak digital pada Google Drive milik Ahmad pada 13 Februari waktu Turki, dia saat itu dipastikan telah meninggalkan negara tersebut. Temuan itu semakin diperkuat setelag KBRI Oslo mengonfirmasi bahwa pihak imigrasi setempat menunjukkan Ahmad sudah tidak berada di wilayah Schengen pada 12 Februari.
Pada saat itu, dugaan hilang jejak dari akademisi yang pernah mengenyam pendidikan di New York itu semakin menyita perhatian publik. Sementara itu, pihak keluarga dan otoritas terkait masih belum bisa memastikan keberadaan Ahmad.
Sehari setelahnya, 19 Februari 2023, kejelasan mengenai keberadaan Ahmad semakin terang ketikan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) mendeteksi jejaknya yang masuk ke AS melalui Bandara Boston. Temuan itu berdasarkan data dari United States Customs and Border Protection.
UII dan pihak keluarga pun berterima kasih dan mengapresiasi kepada seluruh pihak baik di Indonesia dan negara-negara lain yang telah membantu pelacakan Ahmad.
"Namun demikian, lokasi keberadaan AMRP di Boston tidak diketahui secara pasti. Begitu juga, UII belum mengetahui misi atau alasan mengapa AMRP menuju Boston sekembalinya dari Oslo melalui Istanbul, dan tidak langsung ke Indonesia. Sampai saat ini, AMRP belum bisa dihubungi," terang Rektor UII Fathul Wahid, pada laman resmi universitas, Minggu (19/2/2023).
Polri Turun Tangan
Kepolisian Republik Indonesia (Polri) ikut membantu pelacakan dengan berkoordinasi bersama pihak Interpol. Berdasarkan keterangan Polri, Ahmad tidak hilang namun merubah rute perjalanannya tanpa memberi tahu siapa pun.
"Yang bersangkutan tidak hilang. Tapi mengubah rute tanpa beri tahu siapapun," ujar Kadiv ubungan Internasional (Kadivhubinter) Polri Irjen Pol Krishna Murti saat dihubungi, Senin (20/2/2023).
Polri juga mengungkap bahwa Ahmad sudah delapan kali pergi ke AS, tempat dia sempat mengenyam pendidikan tinggi. Dia pun juga disebut telah memesan tiket ke Boston, Massachusetts, AS, sejak berada di Jakarta.
"Ada bukti elektronik yang bersangkutan memesan pesawat Istanbul-Boston sebelum berangkat dari Jakarta," ucap Krishna.