Bisnis.com, JAKARTA - Hari pertama invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022, seorang warga Kota Moskow Nikolai Kireev duduk bersama putranya yang berusia tiga tahun. Dia menangis ketika membaca berita invasi itu.
"Malam itu saya memutuskan, sudah jelas kami harus meninggalkan negara itu secepat mungkin," ujar Kireev dalam sebuah wawancara di rumah barunya di Kota Tbilisi, Georgia, tempat dia membuka toko buku yang ditujukan untuk orang buangan Rusia, dikutip dari Reuters, Kamis (16/2/2023).
Kireev merupakan salah satu dari ratusan ribu warga Rusia yang pindah ke Georgia setelah invasi dan pengumuman "mobilisasi parsial" di Rusia pada September 2022.
Menurut data Kementerian Dalam Negeri Georgia, ada 112.000 orang Rusia berada di negara yang berpenduduk 3,7 juta jiwa itu, per 1 November 2022.
Para imigran itu mendapat sambutan beragam di negara yang memiliki ikatan sejarah panjang dengan tetangga Rusia itu.
Memang, Georgia dan Rusia sempat menghabiskan hampir dua abad sebagai bagian dari Kekaisaran Rusia dan Uni Soviet. Banyak orang Georgia memandang para imigran Rusia dengan curiga. Lonjakan biaya perumahan di Tbilisi, yang dipengaruhi oleh kehadiran imigran Rusia memperburuk keadaan.
"Mereka bukan teman kita, mereka musuh kita. Tapi mereka berbisnis di sini, dan ingin minum bersama kita. Aneh," kata Lado Kikinadze, seorang mahasiswa Georgia berusia 29 tahun.
Memang, opini publik di Georgia sangat pro-Ukraina. Grafiti anti-Rusia ada di mana-mana sepanjang jalanan Tbilisi. Partai oposisi juga menyerukan pembatasan jumlah kedatangan warga Rusia.