Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gempa Turki: Prediksi 10.000 Korban Meninggal

United States Geological Survey memprediksi korban meninggal akibat gempa Turki dapat mencapai 10.000 orang.
Orang-orang mencari korban selamat di bawah reruntuhan setelah gempa bumi di Diyarbakir, Turki 6 Februari 2023. REUTERS/Sertac Kayar
Orang-orang mencari korban selamat di bawah reruntuhan setelah gempa bumi di Diyarbakir, Turki 6 Februari 2023. REUTERS/Sertac Kayar

Bisnis.com, JAKARTA - Gempa Turki diperkirakan bisa menelan 10.000 lebih korban jiwa yang meninggal, dari saat ini sekitar 2.600 korban meninggal akibat gempa dahsyat tersebut.

Korban tewas dalam gempa dahsyat di Turki dan Suriah bisa mencapai 10.000 orang, para ahli telah memperingatkan. Laporan tersebut beradal dari United States Geological Survey yang memantau dengan seksama krisis kemanusiaan tersebut.

Gempa berkekuatan 7,8 skala Richter (SR) menghantam Turki selatan dan Suriah utara Senin (6/2/2023) pagi, meruntuhkan bangunan hingga rata dengan tanah dan menjebak ribuan orang di bawah reruntuhan. .

Guncangan besar lainnya dengan 7,5 SR melanda bagian selatan Turki beberapa jam setelah gempa asli. Orang-orang terjebak dan terluka di beberapa daerah di negara-negara tersebut saat mereka sedang tidur. Getaran dirasakan hingga Siprus, Yordania, Israel, Lebanon, dan Mesir, serta mendorong Italia untuk mengeluarkan peringatan tsunami bagi penduduk pesisir.

Puluhan ribu orang yang kehilangan tempat tinggal di Turki dan Suriah menghadapi malam yang dingin. Di Gaziantep Turki, ibu kota provinsi sekitar 20 mil dari pusat gempa, orang-orang berlindung di pusat perbelanjaan, stadion, dan pusat komunitas.


Korban tewas gabungan di Turki dan Suriah telah dikonfirmasi setidaknya 2.600 orang. Sebagian besar kerusakan terjadi di Turki selatan dan Suriah utara dan tengah dan jumlah korban tewas diperkirakan akan bertambah karena laporan korban datang dari masing-masing daerah.

Beberapa gempa susulan terus dilaporkan sepanjang pagi baik di Suriah dan Turki tetapi juga di Irak dan Lebanon, dengan ratusan bangunan rusak memaksa penduduk keluar rumah pada malam musim dingin.

Suriah telah dihancurkan oleh perang saudara selama lebih dari 11 tahun, ditambah krisis ekonomi dan Covid-19. Banyak korban hidup dalam kondisi kumuh dan dengan sedikit akses ke perawatan kesehatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Sumber : Mirror, Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper