Bisnis.com, JAKARTA - Tawaran Kanselir Jerman Olaf Scholz untuk menggalang dukungan bagi Ukraina dalam menghadapi invasi Rusia selama tur ke Amerika Selatan (Amerika Latin) pertamanya dalam pekan ini gagal.
Melansir Reuters, Selasa (31/1/2023), Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva mengulangi pandangannya bahwa kedua belah pihak—Rusia dan Ukraina-- saling menyalahkan.
Scholz telah berusaha untuk memproyeksikan persatuan di Ukraina selama tur tiga harinya. Dia berterima kasih kepada ketiga negara yang telah dia kunjungi - Argentina, Chile dan Brasil - karena mengutuk invasi Rusia di Majelis Umum PBB tahun lalu.
Tetapi dampak perang dan sanksi keras terhadap Rusia, seperti melonjaknya harga makanan dan energi, telah memukul wilayah tersebut dengan sangat keras, menimbulkan pertanyaan atas pendekatan Barat.
Skeptisisme juga muncul tentang intervensionisme dan sanksi yang diberikan pada masa lalu.
Pada putaran terakhir tur Amerika Selatannya, Scholz pada Senin (30/1/2023), menjadi pemimpin asing pertama yang mengunjungi Lula sejak pelantikannya.
Eropa berusaha untuk mengatur kembali hubungan dengan Brasil yang membeku di bawah mantan Presiden sayap kanan Jair Bolsonaro.
Dalam konferensi pers bersama di Brasilia, Scholz mengatakan dia senang dengan kembalinya Brasil ke panggung dunia. Tapi, dia menjadi “kaku” ketika sesama pemimpin sayap kiri itu menguraikan pandangannya tentang perang Ukraina.
"Saya pikir Rusia membuat kesalahan klasik dengan menginvasi wilayah negara lain, jadi Rusia salah," kata Lula kepada wartawan.
"Tapi saya masih berpikir bahwa ketika satu tidak mau, pihak dua tidak akan berperang. Anda harus menginginkan perdamaian," katanya, menambahkan bahwa dia telah mendengar sangat sedikit dari kedua belah pihak untuk mengakhiri perang secara damai.