Bisnis.com, JAKARTA - Efek samping perang telah berdampak pada semua ekonomi, termasuk Kazakhstan. Bahaya resesi di seluruh dunia dan meroketnya inflasi merusak sentimen bisnis di kawasan Asia Tengah. Kazakhstan bisa saja berpaling ke dalam dengan latar belakang yang sulit ini, terutama mengingat peristiwa tragis yang terjadi di negara kami pada Januari, ketika kami menghadapi upaya kudeta melalui kekerasan bersenjata.
Saat itu banyak orang yang skeptis bahwa Kazakhstan akan pulih. Beberapa mempertanyakan apakah ini akan tercapai, terlepas dari janji dan komitmen kuat kami untuk reformasi, demokratisasi, dan perlindungan hak asasi manusia yang berkelanjutan.
Menjelang akhir tahun yang penuh gejolak ini, kami dapat dengan yakin menyatakan bahwa Kazakhstan telah menepati janjinya. Kami telah mengubah negara kami melalui inisiatif politik dan sosial ekonomi yang signifikan, selain menunjukkan ketahanan dan stabilitas kami.
Upaya kolektif kami selama 12 bulan terakhir telah berkontribusi pada pengembangan Kazakhstan yang adil dan wajar meliputi masyarakat yang sejahtera dan sistem politik yang lebih hidup, dinamis, dan kompetitif.
Kazakhstan akan mengalami tahun penting lainnya pada 2023. Dalam 6 bulan pertama, akan ada pemilihan parlemen. Menjelang pemilu, sejumlah partai politik baru bermunculan, menambah pluralitas dan persaingan politik. Di daerah pemilihan dengan mandat tunggal, calon independen juga berhak mencalonkan diri untuk pertama kalinya dalam 18 tahun.
Saat mentransformasikan sistem politik domestik, kami tidak melupakan kewajiban internasional kami. KTT ke-6 Konferensi tentang Interaksi dan Tindakan Membangun Keyakinan di Asia atau Conference on Interaction and Confidence-Building Measures in Asia (CICA), yang kami dirikan 30 tahun lalu untuk meningkatkan kerja sama demi perdamaian, keamanan, dan stabilitas di Asia, berlangsung di ibu kota kami pada Oktober.
Baca Juga
Kami mengadakan Kongres VII Pemimpin Dunia dan Agama Tradisional sebulan sebelumnya. Kunjungan pertama Paus Fransiskus sebagai kepala Gereja Katolik ke Kazakhstan sejak Paus Yohanes Paulus II pada 2001 dihadiri lebih dari 100 delegasi dari 50 negara. Pada saat yang sama, kami menyambut Presiden China Xi Jinping, yang perjalanan pertamanya ke luar negeri setelah pandemi Covid-19.
Arah kebijakan dalam dan luar negeri yang ditempuh Kazakhstan telah membuka pintu bagi peningkatan kerja sama dengan Indonesia, khususnya di bidang ekonomi. Terdapat tren positif yang signifikan dalam volume perdagangan bilateral belakangan ini. Jika tahun lalu omzet perdagangan US$174,2 juta (tingkat pertumbuhan lebih dari 100%), dan selama 10 bulan tahun ini meningkat sebesar 83% menjadi US$295,4 juta.
Pada Agustus kami membuka Konsulat Kehormatan Kazakhstan di Surabaya sebagai jembatan yang menghubungkan kalangan bisnis negara kami. Forum Perdagangan dan Investasi Kazakh-Indonesia pertama berhasil diselenggarakan pada waktu yang sama. Pada September kami menyelenggarakan perjalanan sosialisasi untuk agen wisata inti Asita ke Kazakhstan untuk mempromosikan pariwisata.
Pastinya, mekanisme utama untuk mengefektifkan realisasi potensi ekonomi adalah Kazakh–Indonesian Joint Commission for Economic Cooperation. Beberapa langkah direncanakan akan dilakukan tahun depan bersama Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia. Upaya kami difokuskan pada area konkret – memperkuat kerangka hukum, investasi, minyak & gas, industri pertambangan dan manufaktur, sektor keuangan, logistik, serta kesehatan.
Selain itu, banyak pekerjaan yang dilakukan dalam interaksi yang erat dengan Kamar Dagang dan Industri Indonesia. Kami mencoba untuk mengonsolidasikan eksportir dan pengusaha Kazakh dan Indonesia pada satu platform web untuk komunikasi operasional, menerbitkan informasi tentang produk, proyek, pesanan, rute logistik, dll.
Pada kuartal II/2023, kami mengharapkan kunjungan Kadin ke Kazakhstan untuk mengadakan Forum Perdagangan dan Investasi Kazakhstan-Indonesia kedua dan membentuk Dewan Bisnis Kazakh-Indonesia.
Kami juga bertujuan untuk lebih mengembangkan interaksi budaya dan mendorong warga kedua negara untuk bepergian agar lebih mengenal satu sama lain. Hal ini akan menciptakan saling pengertian dan penghormatan terhadap sejarah, budaya, dan peradaban masing-masing, serta keindahan dan alam kedua negara.
Secara keseluruhan, pengembangan hubungan Kazakhstan-Indonesia di masa depan memiliki potensi yang sangat besar. Kami memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk meningkatkan hasil yang bermanfaat dari hubungan bilateral.
Saat dunia berupaya mengatasi tantangan yang terkait dengan kesulitan geopolitik dan ekonomi saat ini, kerja sama yang lebih erat antara Kazakhstan dan Indonesia menjadi penting.
Kami bertekad untuk memperkuat hubungan kami dengan Indonesia di tahun mendatang, yang menandai peringatan 30 tahun hubungan diplomatik antarnegara. Kami telah membangun landasan yang kuat untuk memperluas kerja sama kami. Saya memiliki banyak alasan untuk percaya bahwa kita akan mencapai tujuan kita bersama karena kita memiliki keinginan yang sama untuk ikatan yang kuat.