Baca Juga
Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Operasi Militer Amerika Serikat (AS) di Luar Angkasa Jenderal James Dickinson, menegaskan pihaknya memantau dengan cermat aktivitas China yang berpotensi mengancam aset AS di luar angkasa karena puing-puing menumpuk dengan cepat di orbit rendah Bumi.
Melansir Channel News Asia, Jumat (9/12/2022), Dickinson menyambut baik resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), bahwa negara-negara tidak melakukan uji antisatelit (ASAT) langsung yang menciptakan bidang puing ruang angkasa yang luas, yang membahayakan satelit dan stasiun ruang angkasa.
Dari empat negara yang telah melakukan tes ASAT tersebut, AS satu-satunya yang memberikan suara mendukung, sementara China dan Rusia memilih tidak, dan India abstain.
"Kami tidak dapat terus berkontribusi pada puing-puing yang kami temukan di domain luar angkasa," kata Dickinson dalam konferensi pers via telepon dengan wartawan di Asia.
Sebagian besar puing-puing itu berada di orbit rendah Bumi yang krusial, yang telah menjadi "padat, kompetitif. dan diperebutkan,” katanya.
Bahkan pecahan logam kecil pun bisa menimbulkan bahaya dan jumlah benda terus bertambah.
Komando Antariksa AS melacak lebih dari 48.000 puing di orbit dekat Bumi, termasuk satelit, teleskop, stasiun ruang angkasa, dan puing-puing berbagai ukuran. Padahal, tiga tahun lalu jumlahnya 25.000, kata Dickinson.
China pada tahun 2003 menjadi negara ketiga yang mengirim astronot ke orbitnya sendiri setelah bekas Uni Soviet dan AA. Programnya terus berkembang sejak saat itu.
Program luar angkasa China menuai kritik internasional setelah melakukan tes mendadak pada tahun 2007 menggunakan rudal untuk meledakkan satelit China yang mati, menciptakan puing-puing yang terus menimbulkan bahaya.
Beijing percaya bahwa “ruang angkasa adalah bagian yang sangat penting, tidak hanya untuk lingkungan ekonomi atau ekonomi global mereka, tetapi juga lingkungan militer, jadi kami terus mengawasinya dengan sangat cermat saat mereka terus meningkatkan kemampuan, kata Dickinson.
Program rahasia China dijalankan oleh sayap militer Partai Komunis yang berkuasa, Tentara Pembebasan Rakyat, yang tidak berpartisipasi di Stasiun Luar Angkasa Internasional atau terlibat dalam sebagian besar bentuk kerja sama dengan NASA.
China bulan lalu meluncurkan tiga modul terakhir untuk stasiun luar angkasanya sendiri, yang secara singkat menampung enam astronot China di luar angkasa selama pergantian awak tiga orang.
China juga memiliki penjelajah di bulan dan Mars, saat ini merencanakan misi ke bulan berawak pada masa depan.