Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Diplomasi Xi Jinping di KTT G20 Bali dan APEC 2022

Presiden China Xi Jinping menjadi salah satu kepala negara yang kerap absen dalam panggung diplomasi sejak kebijakan isolasi Covid-19 di negaranya
Presiden China Xi Jinping (kiri) melambaikan tangan setibanya di Terminal VVIP I Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, Senin (14/11/2022). Kedatangan Presiden China tersebut untuk menghadiri KTT G20 yang akan berlangsung pada 15-16 November./Antara
Presiden China Xi Jinping (kiri) melambaikan tangan setibanya di Terminal VVIP I Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, Senin (14/11/2022). Kedatangan Presiden China tersebut untuk menghadiri KTT G20 yang akan berlangsung pada 15-16 November./Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden China Xi Jinping menjadi salah satu kepala negara yang kerap absen dalam panggung diplomasi sejak kebijakan isolasi Covid-19 di negaranya. Namun, baru-baru ini dia hadir di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali pada 14-15 November 2022. Kehadirannya pun tanpa mengenakan masker. 

Melansir lama Channel News Asia, Kamis (17/11/2022), Xi bahkan banyak berinteraksi dengan negara barat dalam pertemuan tersebut.

Salah satu pertemuannya yang viral yakni dengan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau. Hal tersebut merupakan salah satu pemandangan yang langka dari pemimpin China dan pengingat hubungan Beijing yang penuh ujian dengan Barat.

Selain itu, pertemuan Xi dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden juga menjadi sorotan di KTT G20. Mereka tampak bersalaman dalam pertemuan tersebut. Dia juga bertemu dengan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dalam konferensi tersebut.

Selain Biden, Trudeau, dan Albanese, Xi juga bertemu dengan para pemimpin Korea Selatan, Italia, Argentina, Belanda, dan Prancis untuk pembicaraan bilateral di Bali. 

Pertemuan dengan Rishi Sunak dari Inggris dibatalkan karena masalah penjadwalan, kata Downing Street, sementara Xi akan mengadakan pembicaraan dengan Fumio Kishida dari Jepang dan Jacinda Ardern dari Selandia Baru di Bangkok.

Leif-Eric Easley, seorang profesor studi internasional di Universitas Ewha di Seoul, menggambarkan jadwal sibuk Xi sebagai "serangan pesona setelah China menutup perbatasannya selama hampir tiga tahun dan setelah Xi mengonsolidasikan kekuasaan bulan lalu dengan meraih masa jabatan ketiga dalam keputusan tersebut.

"Pertemuan itu mungkin tidak cukup untuk membuat kemajuan dalam masalah ekonomi dan keamanan yang pelik, tetapi dapat mencegah hubungan diplomatik menjadi lebih buruk," kata Easley.

Daniel Russel, diplomat top AS untuk Asia Timur di bawah mantan Presiden Barack Obama, mengatakan tanda-tanda China mungkin bersedia mengambil langkah awal menuju kerja sama dalam beberapa masalah global harus diperlakukan sebagai eksperimen, bukan kesepakatan yang dilakukan.

Sementara, Biden kembali ke Washington setelah KTT G20 di Bali, dan akan dia akan diwakili Wakil Presiden Kamala Harris pada pertemuan APEC di Thailand, Xi berpartisipasi dalam kedua acara tersebut.

Chong Ja Ian, seorang ilmuwan politik di National University of Singapore, mengatakan para pemimpin lain minggu ini mencoba mengukur keadaan hubungan mereka dengan China, terutama sekarang karena sistemnya jauh lebih sulit diakses dan jauh lebih buram daripada sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper