Bisnis.com, BADUNG – Kepala Negara G20 yang sedang mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G20 Bali mengunjungi Taman Hutan Raya (Tahura) Mangrove Ngurah Rai Denpasar pada Rabu (16/11/2022) dengan agenda penanaman pohon mangrove bersama.
Presiden Joko Widodo memimpin langsung penanaman mangrove di Tahura Ngurah Rai, terlihat para Kepala Negara G20 dan melakukan penanaman mangrove secara simbolis.
Sebelum dikunjungi para Kepala Negara G20, Tahura Ngurah Rai sudah ditata oleh Pemerintah dengan penambahan Gedung dan pelebaran infrastruktur jalan menuju di dalam Tahura. Seperti yang diberitakan bisnis sebelumnya, biaya penataan Tahura ini mencapai Rp509,6 miliar.
Tahura Ngurah Rai memiliki sejarah yang panjang dan tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat Bali, terutama Bali Selatan seperti kota Denpasar dan Badung. Tahura yang memiliki luas 1.373,5 hektar ini masuk dalam dua kabupaten tersebut dengan rincian 627 hektar masuk kabupaten Badung dan 746,5 hektar masuk kota Denpasar. Sejak lama menjadi pelindung kota Denpasar dari ancaman abrasi.
Tahura Ngurah Rai sudah menjadi perhatian sejak zaman Belanda masih berkuasa di Bali, saat itu pemerintah Belanda. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat pada 1927 Belanda menetapkan hutang Mangrove ini sebagai hutan tutupan atau forest coverage yang tidak boleh dieksploitasi.
Sebelum menjadi ditetapkan sebagai Tahura, hutan mangrove ini ditetapkan pada 1992 ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam Prapat Benoa Suwung (TWA PBS) oleh Kementerian Kehutanan melalui surat keputusan Nomor 885/Kpts-II/1992. Seiring dengan perkembangan dan meluasnya fungsi hutan mangrove, Gubernur Bali saat itu mengajukan perubahan status dari TWA PBS menjadi Tahura, dan pada 25 September 1993 TWA PBS diubah menjadi Tahura, dengan mengambil nama pahlawan nasional I Gusti Ngurah Rai sebagai nama Tahura.
Saat ini pengelolaan Tahura Ngurah Rai berada di bawah Unit Pelaksana Tugas (UPT) Tahura Ngurah Rai yang bertugas untuk menjaga dan mengelola Tahura tersebut. Tahura ini juga dijaga oleh masyarakat adat Bali terutama masyarakat sekitar seperti masyarakat desa adat Intaran, desa adat Benoa, dan desa Adat Serangan.
Tahura ini juga terbuka bagi wisatawan terutama untuk wisata edukasi bagi kalangan pelajar yang ingin memahami fungsi hutan bakau secara mendalam. Tahura ini juga memiliki potensi wisata seperti canyoning, camping, tracking hingga fishing atau memancing.