Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Rusia Vladimir Putin mengizinkan mantan narapidana untuk ikut wajib militer. Mereka mempersiapkan diri untuk berperang di Ukraina.
Melansir laman BBC, Sabtu (5/11/2022), Putin telah mengubah undang-undang yang membuat orang dipenjara karena kejahatan serius, dan baru keluar penjara bisa mengikuti wajib militer.
Rusia tampaknya membutuhkan tentara cadangan untuk perang melawan Ukraina. Mantan narapidana yang dihukum karena kejahatan seks terhadap anak atau terorisme masih dikecualikan.
Di tengah perubahan tersebut, tentara Rusia mendapatkan tudingan telah melakukan kejahatan selama invasi ke Ukraina. Beberapa di antaranya eksekusi singkat terhadap warga sipil dan tindakan kekerasan berbasis gender seksual oleh beberapa tentara.
Ukraina sendiri mengatakan telah mengidentifikasi puluhan ribu kemungkinan kejahatan perang oleh pasukan Rusia.
Rusia membantah sengaja menyerang warga sipil dan menuduh pasukan Ukraina menargetkan warga sipil di wilayah yang dikuasai separatis negara itu dengan artileri, yang dibantah Ukraina.
Baca Juga
Komisi PBB mengatakan telah menemukan dua contoh perlakuan buruk terhadap tentara Federasi Rusia oleh tentara Ukraina. Namun jumlah tuduhan kejahatan perang terhadap Rusia jelas jauh lebih besar.
Di sisi lain, Putin telah mengumumkan bahwa sekitar 49.000 dari sekitar 300.000 tentara cadangan yang dipanggil sejak September telah dikerahkan ke unit-unit yang bertugas di Ukraina.
Pakar militer di Barat dan Ukraina mengatakan keputusan Putin untuk memanggil pasukan cadangan menunjukkan bahwa pasukan Rusia gagal total di medan perang di Ukraina.
Ribuan pria Rusia yang menentang perang telah meninggalkan negara itu sejak panggilan itu diumumkan.
Sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari, ribuan warga sipil dan kombatan telah terbunuh atau terluka, kota-kota besar telah hancur dalam pertempuran, dan hampir 7,8 juta warga Ukraina terdaftar sebagai pengungsi di Eropa dengan 2,8 juta orang di antaranya berada di Rusia.