Bisnis.com, JAKARTA – Perang Rusia vs Ukraina genap memasuki hari ke 216. Usai dilaporkan bahwa warganya berbondong-bondong “kabur” ke perbatasan, Rusia menjelaskan bahwa tidak ada keputusan yang diambil untuk menutup perbatasan Rusia.
Pernyataan tersebut kian diperkuat oleh juru bicara Kremlin yakni Dmitry Peskov yang mengatakan hal senada pada awak media. Setidaknya hingga saat ini, Kremlin mengaku bahwa belum ada regulasi atau keputusan khusus yang diambil dalam menyikapi persoalan ribuan warganya yang kabur usai memberuaknya seruan mobilisasi militer.
Untuk diketahui, warga Rusia kedapatan padati perbatasan dan saling sikut untuk kabur dari negaranya usai Presiden Rusia, Vladimir Putin serukan perintah mobilisasi militer dan akan kerahkan 300 ribu warganya untuk dikirim langsung menuju medan perang di Ukraina.
Lebih lanjut, Kremlin justru mengaku masih disibukkan dengan penyusunan kembali daftar panggilan mobilisasi militer usai beberapa media Rusia mengabarkan bahwa terdapat serangkaian pria lanjut usia yang justru mendapat seruan panggilan untuk bertugas di Ukraina.
Simak update rangkuman perang Rusia vs Ukraina, Selasa (27/9/2022):
- Pemungutan suara Referendum masuki hari terakhir
Referendum Rusia di Ukraina yang disinyalir dapat membuat Moskow mencaplok 15 persen wilayah Ukraina, akan berakhir pada Selasa (27/9/2022).
Sebelumnya, pemungutan suara di provinsi-provinsi timur Luhansk, Donetsk, Kherson dan Zaporizhzhia telah dimulai sejak Jumat (23/9/2022) dan telah dianggap sebagai tipuan oleh negara-negara barat, yang telah berjanji untuk tidak mengakui hasilnya.
- Pipa Nord Stream kembali bermasalah
Tekanan pipa Nord Stream 2 runtuh secara misterius pada Senin (26/9/2022). Menanggapi hal tersebut, pihak berwenang di Jerman sedang mencoba untuk menetapkan apa yang menyebabkan penurunan tekanan yang tiba-tiba pada pipa yang mati. Dugaan sementara yang disampaikan oleh juru bicara operator Pipa Nord Stream 2 adalah indikasi adanya kebocoran.
- Warga Rusia tolak wajib militer tembak pemimpin komite Wamil
Seorang pria Rusia telah menembak pemimpin komite wajib militer lokal di sebuah kota Siberia setelah mengatakan kepadanya bahwa dia akan menolak untuk berperang di Ukraina.
Dalam video yang beredar, ditunjukkan bahwa pria bersenjata itu tampak menyamar saat dirinya menajalankan aksinya. Pria tersebut kedapatan menembaki pejabat itu dari jarak dekat ketika calon wajib militer lainnya untuk invasi Rusia melarikan diri dari ruangan.
- 3.000 warga Rusia dilaporkan masuki Mongolia
Antrean panjang kendaraan tampak terbentuk di perbatasan antara Rusia dan Mongolia saat orang-orang terus melarikan diri dari perintah mobilisasi Kremlin.
Kepala pos pemeriksaan di kota Altanbulag mengatakan bahwa lebih dari 3.000 orang Rusia telah memasuki Mongolia melalui penyeberangan sejak Rabu pekan lalu.
- Tingkatkan pertahanan, NATO gelar latihan militer
Angkatan udara NATO sedang melakukan latihan di atas Laut Baltik. Negara-negara anggota termasuk Inggris, Jerman dan Italia telah mengambil bagian dalam pelatihan militer, baik di atas air maupun di darat, dalam upaya untuk meningkatkan pertahanan timur.
- Amerika akan berikan suntikan dana bantuan keamanan sipil
AS berjanji untuk memberi Ukraina bantuan keamanan sipil senilai US$457,5 juta. Dukungan itu ditujukan untuk menyelamatkan nyawa dan memperkuat penegakan hukum Ukraina, jelas menteri luar negeri, Antony Blinken.
- Inggris siap berikan paket hukuman bila Referendum tetap disahkan Rusia
Inggris mengumumkan 92 sanksi baru sebagai tanggapan atas "referendum palsu" Rusia di Ukraina. Paket hukuman menargetkan mereka yang berada di balik suara palsu serta oligarki dan anggota dewan.
- AS siap gelontorkan 12 miliar dolar untuk bantu Ukraina
Negosiator RUU pengeluaran di Kongres AS telah setuju untuk memasukkan hampir $12 miliar dalam bantuan militer dan ekonomi baru ke Ukraina. Dilansir dari The Guardian, pendanaan yang diminta oleh pemerintahan Biden diberitakan akan mencakup $4,5 miliar untuk kemampuan dan peralatan pertahanan untuk Ukraina dan US$4,5 miliar untuk dukungan langsung kepada pemerintah Kyiv.
- Ukraina klaim mobilisasi militer Rusia dilakukan tanpa bekal pelatihan
Ukraina mengklaim beberapa wajib militer Rusia dari mobilisasi massa Kremlin dikirim langsung ke garis depan tanpa pelatihan. Mereka termasuk personel yang baru direkrut di Krimea serta wajib militer di wilayah Luhansk yang telah menerima panggilan wajib militer dalam beberapa hari terakhir.