Bisnis.com, JAKARTA--Badan-badan kemanusiaan menyebut Pakistan membutuhkan bantuan jangka panjang setelah jumlah korban tewas akibat bencana banjir terus meningkat hingga 1.228 orang.
Jumlah kumulatif kematian sejak 14 Juni tersebut masih akan bertambah, menurut Otoritas Penanggulangan Bencana Nasional negara itu seperti dikutip CNN.com, Senin (5/9/2023).
Dilaporkan bahwa hampir sepertiga dari korban adalah anak-anak. Pada hari Sabtu saja ada 57 kematian lagi, 25 di antaranya anak-anak.
Badan-badan bantuan memperingatkan penderitaan negara itu masih jauh dari selesai dan ketika bencana terus berlanjut, anak-anak akan menjadi salah satu yang paling rentan.
Banjir yang diakibatkan kombinasi hujan Monsun dan pencairan gletser di pegunungan utara Pakistan digambarkan sebagai yang terburuk yang pernah dialami negara itu.
Pada satu titik lebih dari sepertiga wilayah negara itu tergenang air, menurut gambar satelit dari Badan Antariksa Eropa. Pemerintah dan organisasi bantuan mengatakan 33 juta orang terdambak bencana alam itu.
Baca Juga
Lebih dari tiga juta anak membutuhkan bantuan kemanusiaan yang mendesak karena risiko penyakit yang ditularkan melalui air, tenggelam dan kekurangan gizi, menurut UNICEF. Banjir juga telah merusak atau menghancurkan 17.566 sekolah di seluruh negeri, menurut UNICEF.
Badan-badan bantuan mengatakan bahkan jika banjir surut, negara itu tetap menghadapi jalan panjang menuju pemulihan.
“Ini tidak akan berakhir dalam dua bulan, mereka membutuhkan bantuan jangka panjang,” ujar Aurelie Godet, juru bicara Medecins du Monde, sebuah organisasi bantuan kemanusiaan yang telah bekerja di Pakistan sejak 1966.
Dua provinsi yang terkena dampak paling parah adalah Balochistan dan Sindh, di Pakistan selatan, di mana infrastruktur dan sistem air telah rusak.
Saat menyerukan bantuan dari masyarakat internasional, Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif memperkirakan pekan lalu bencana itu telah menyebabkan kerusakan senilai lebih dari US$10 miliar.
Pusat Koordinasi dan Tanggap Banjir Nasional telah dibentuk dan Organisasi Kesehatan Dunia telah mengucurkan US$10 juta untuk merawat korban yang terluka, mengirimkan pasokan ke fasilitas kesehatan, dan mencegah penyebaran penyakit menular.
China dan Inggris juga telah menjanjikan bantuan ke negara tersebut.
Lebih dari 1 satu juta rumah rusak atau hancur, sementara setidaknya 5.000 kilometer jalan rusak, menurut otoritas penanggulangan bencana.