Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kapal Induk AS Pantau Area Taiwan saat China Luncurkan Rudal Balistik

Presiden AS Joe Biden akan memperpanjang keberadaan kapal induk Angkatan Laut AS dari biasanya di Laut China Selatan sebagai tanggapan uji coba rudal.
Kapal induk Amerika Serikat Nimitz USS Abraham Lincoln./Antara/Reuters
Kapal induk Amerika Serikat Nimitz USS Abraham Lincoln./Antara/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden akan memperpanjang keberadaan armada kapal induk Angkatan Laut AS dari biasanya di Laut China Selatan sebagai tanggapan atas uji coba rudal China dan peningkatan agresi di sekitar Taiwan, menurut Gedung Putih.

Biden juga akan menunda uji coba rudal balistik antarbenua, atau ICBM yang telah dijadwalkan sebelumnya, kata Juru Bicara Gedung Putih.

Kedua pengumuman itu menandakan pendekatan untuk meningkatkan kewaspadaan militer Amerika Serikat di kawasan itu sambil secara bersamaan membatasi peluang bagi Beijing untuk menuding tindakan AS sebagai provokasi untuk meningkatkan agresi terhadap Taiwan dan negara-negara tetangga.

“Kapal induk USS Ronald Reagan dan kapal pengawalnya akan tetap berada di Laut China Selatan “untuk sedikit lebih lama dari yang semula direncanakan,” kata Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby di Gedung Putih seperti dikutip CNBC.com, Jumat (5/8/2022).

Tujuan armada tempur untuk lebih lama tinggal di wilayah tersebut adalah “untuk memantau situasi, katanya.

Dia menambahkan, bahwa presiden percaya bahwa langkah itu adalah hal yang bijaksana untuk dilakukan dengan mempertahankan kapal induk dan kapal pengawalnya di sana sedikit lebih lama.

Armada tempur yang dipimpin kapal induk Ronald Reagan telah beroperasi di Laut China Selatan sejak pertengahan Juli, menurut militer AS.

Sebelumnya, perjalanan Ketua DPR AS Nancy Pelosi Pelosi ke Taiwan telah membuat negara pembuat chip terbesar di dunia itu kembali menjadi sorotan persaingan AS-China.

Kirby mengatakan penundaan uji coba rudal balistik Minuteman 3 bertujuan untuk menunjukkan "perilaku kekuatan nuklir yang bertanggung jawab dengan mengurangi risiko salah perhitungan", sementara China "terlibat dalam latihan militer yang tidak stabil di sekitar Taiwan."

Amerika Serikat memperkirakan Chiha tidak akan mengurangi tindakan agresifnya dalam waktu dekat.

“Kami memperkirakan akan lebih banyak latihan, lebih banyak permusuhan dan retorika, dan kami menduga akan lebih banyak serangan” ke wilayah non-China, katanya.

ketegangan antara Washington dan Beijing meningkat secara signifikan dalam seminggu terakhir, sebagian didorong oleh keputusan Nancy Pelosi mengunjungi Taiwan bersama dengan delegasi Kongres Demokrat.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper