Bisnis.com, JAKARTA - Perundingan untuk menghidupkan kembali Kesepakatan Nuklir 2015 antara Iran dan negara maju akan dilanjutkan setelah perwakilan Iran dan Amerika Serikat (AS) kembali ke Wina untuk putaran diskusi baru yang dimediasi Uni Eropa (UE).
Koordinator UE untuk perundingan, Enrique Mora dan negosiator utama dari Teheran dan Washington, dilaporkan kembali ke Ibu Kota Austria kemarin untuk pembicaraan tidak langsung yang diperkirakan akan dimulai pada hari ini seperti dikutip Aljazeera.com, Kamis (4/8/2022).
Format perundingan asli yang melibatkan China, Rusia, Prancis, Jerman dan Inggris yang telah telah membentuk Komisi Gabungan untuk memulai pembicaraan pemulihan kesepakatan nuklir pada April 2021, akan bertemu kembali.
Kepala negosiator Rusia, Mikhail Ulyanov menulis di Twitter bahwa pembicaraan akan “segera dilanjutkan” dan bahwa negosiator Rusia “siap untuk pembicaraan konstruktif untuk menyelesaikan kesepakatan”.
Mora mengatakan, bahwa teks yang diusulkan oleh kepala kebijakan luar negeri UE, Josep Borrell dua minggu lalu akan menjadi dasar diskusi dan perwakilan blok itu sekali lagi melakukan diplomasi bolak-balil antara Iran dan AS.
Delegasi Iran akan dipimpin oleh Ali Bagheri Kani, yang akan mengajukan gagasan Teheran tentang pencabutan sanksi AS dan menjaga penyelidikan program nuklir Iran, yang akan diteruskan ke kepala perunding AS Robert Malley.
Baca Juga
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanani mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu bahwa Teheran serius untuk mencapai kesepakatan yang berkelanjutan.
Dia menyatakan harapannya agar “pihak-pihak lain juga akan menciptakan kondisi untuk memajukan pembicaraan secara efektif melalui keputusan yang diperlukan dan secara serius berfokus pada penyelesaian masalah yang tersisa”.
Iran dan AS telah mengadakan pembicaraan selama dua hari yang dimediasi oleh Mora di Qatar pada bulan Juni, tetapi berakhir tanpa kemajuan. Negosiasi terhenti sejak Maret, dengan masing-masing pihak menuduh pihak lain tidak cukup serius.
Perkembangan terbaru itu dicapai setelah seminggu ketegangan dan ketidakpastian mengenai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) atau yang dikenal sebagai kesepakatan nuklir secara resmi.
Beberapa jam setelah AS memberlakukan serangkaian sanksi baru yang menargetkan ekspor petrokimia Iran pada hari Senin (1/8/2022), Teheran menanggapi dengan mengeluarkan perintah untuk memasukkan gas ke dalam "ratusan" sentrifugal canggih, sehingga mempercepat program nuklirnya.