Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Brigadir J Tewas Ditembak atau Saling Tembak, Ini Fakta-faktanya

Misteri tewasnya Brigadir J perlahan mulai terungkap. Benarkah bintara polisi itu tewas karena saling tembak dengan Bhadara E atau karena peristiwa lain yang belum diungkap oleh pihak kepolisian?
Kepala Divisi Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo (kanan) berjabat tangan dengan Anggota Komnas HAM Choirul Anam (kiri) usai memberi keterangan pers di Kantor Komnas HAM, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (19/10/2021)./Antara
Kepala Divisi Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo (kanan) berjabat tangan dengan Anggota Komnas HAM Choirul Anam (kiri) usai memberi keterangan pers di Kantor Komnas HAM, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (19/10/2021)./Antara

Bisnis.com, JAKARTA -- Kematian Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J menjadi sorotan. Bukan karena statusnya sebagai anggota polisi, melainkan karena misteri kematian yang menyelimuti sopir istri Kadiv Propam Mabes Polri Irjen Pol Ferdy Sambo itu.

Versi polisi, Brigadir J tewas karena terlibat aksi saling tembak dengan Bharada E. Bak adegan film laga, Brigadir J konon memberondong tujuh peluru ke arah Bharada E. Menariknya, kata polisi, tak ada satupun peluru yang mampu menembus tubuh juniornya tersebut. 

Sebaliknya Brigadir J justru tumbang karena kena tembakan balasan dari Bharada E. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti apa yang menjadi pemicu cerita aksi saling tembak versi polisi tersebut. 

Namun, lagi-lagi menurut keterangan polisi, aksi itu terjadi karena Brigadir J hendak melakukan tindakan tidak senonoh kepada istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi.

Kejanggalan mulai muncul karena cerita tentang tewasnya Brigadir J terungkap 3 hari setelah peristiwa berlangsung. Itupun dengan versi yang kerap berubah-ubah. 

Polisi semula mengatakan bahwa aksi saling tembak terjadi karena Brigadir E menegur Bharada J. Selang beberapa waktu polisi menyebutkan bahwa aksi polisi tembak polisi itu terjadi karena teriakan istri Ferdy Sambo. 

Konon ceritanya, istri Ferdy Sambo sedang istirahat. Brigadir J datang memasuki kamar dan melakukan kekerasan seksual disertai acungan senjata ke kepala istri Ferdy Sambo. Istri Ferdy Sambo yang kaget berteriak minta tolong. 

Bharada E yang datang kemudian datang ke arah teriakan tersebut. Dia kemudian bertanya namun, menurut polisi, direspons Brigadir J dengan tembakan ke arah Bharada E. "Akibat tembakan tersebut terjadilah saling tembak. Dan berakibat Brigadir J meninggal dunia."

Namun kejanggalan mulai muncul. Saksi-saksi di sekitar lokasi kejadian mengaku tidak mendengar suara gaduh dari arah rumah Ferdy Sambo. Ada yang mendengar suara letupan memang.

Seorang Satpam bernama Marjuki, misalnya, mengaku mendengar suara letusan mirip petasan. Hanya saja, dia mengira suara letusan itu adalah petasan malam takbiran hari raya Iduladha.

Pernyataan petugas keamanan itu cukup menarik, karena mayoritas umat muslim di Indonesia merayakan Iduladha pada hari Minggu. Itu artinya, takbiran seharusnya berlangsung pada hari Sabtu bukan Jumat saat peristiwa Brigadir J tewas.

Selain petugas keamanan, kejanggalan juga diungkap oleh Seno Sukarto. Seno Sukarto adalah purnawirawan polisi bintang dua. Dia juga merupakan Ketua RT di tempat tinggal Ferdy Sambo.

Seno menuturkan bahwa sehari setelah Brigadir J tewas, decorder CCTV di sekitar lokasi kejadian diganti polisi. Selain itu, Seno juga tak mendengar suara rentetan senjata seperti yang cerita versi kepolisian.

"Ya ada tenggang waktu. Cuma berapa tembakan, lebih dari satu," ujarnya.

Dia juga mengatakan bahwa polisi tidak pernah memberitahu dirinya tentang kondisi yang terjadi di rumah Ferdy Sambo. Penggantian CCTV juga tidak seizin warga. Selain itu, polisi juga tidak berkoordinasi dengannya saat melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).

CCTV Rusak 

Sementara itu, Kapolres Jakarta Selatan, Kombes Budhi Herdi Susianto memaparkan bahwa kamera pengawas atau CCTV dari rumah Irjen Pol Ferdy Sambo rusak sedari dua minggu yang lalu.

“Kami juga mendapatkan bahwa di rumah tsb memang kebetulan CCTV- nya rusak sejak dua minggu lalu, sehingga tidak dapat kami dapatkan (hasil rekaman),” ujar Budhi di Polres Jakarta Selatan, Selasa (12/7/2022).

Akan tetapi, Budhi menjelaskan bahwa tim dari kepolisian masih melakukan proses pengungkapan secara scientific crime investigation dengan mengumpulkan semua alat bukti.

Pihak kepolisan akan melakukan analisis ke beberapa CCTV yang berada di sekitar rumah dari Irjen Pol Ferdy Sambo untuk mengumpulkan beberapa bukti rekaman.

“Tentunya kami mencari juga alat bukti pendukung yakni CCTV dari sekitar rumah yang bisa membuktikan petunjuk adanya proses atau orang yang mungkin berada di rumah tersebut,” pungkasnya.

Temuan Komnas Ham

Sementara itu, Komisioner Komnas HAM M. Choirul Anam menjelaskan dirinya dan tim sudah berada di Jambi selama dua hari untuk mendengar keterangan dari keluarga Brigadir J.

Menurutnya, Komnas HAM dapat banyak temuan baru terkait foto dan video Brigadir J yang beredar di masyarakat.

“Dalam proses ini, Komnas HAM tentu saja dapat lebih banyak dari apa yang beredar di publik khususnya soal foto, soal video. Dan yang paling penting konteksnya. Jadi foto itu diambil di mana, konteksnya apa, penjelasan dari keluarga apa, itu yang penting,” ujar Anam dalam keterangan video yang diterima Bisnis, Minggu (17/7/2022).

Selain itu, keluarga juga menjelaskan terkait peretasan gawai yang mereka alami. Komnas HAM dapat keterangan mengenai kapan peretasan terjadi, karakternya seperti apa, dan polanya bagaimana.

Terkait rombangan polisi yang mendatangi rumah keluarga Brigadir J, Komnas HAM juga dapat penjelasan dari keluarga. Entah itu mengenai latar belakanganya, kapan kejadian terjadi, momentumnya, dan siapa saja yang datang.

“Kami dikasih tahu semuanya sama pihak keluarga. Kami kemarin ketemu sama sejumlah keluarga ya, kami ambil keterangan banyak sekali dari siang sampai malam,” jelas Anam.

Anam meminta masyarakat yang punya keterangan, bukti, atau hal lainnnya yang dapat membantu proses penyelidikan terkait tewasnya Brigadir J, dapat menghubungi Komnas HAM. Sebab, Komnas HAM ingin bekerja secara objektif dan tak memihak.

“Termasuk nanti kalau dan jika dibutuhkan, kami akan melibatkan sejumlah ahli,” jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Lukman Nur Hakim
Editor : Edi Suwiknyo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper