Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengecam tuduhan Ukraina atas penyerangan kota-kotanya sendiri.
Lavrov juga meminta Barat untuk mengakui tanggung jawabnya atas kematian warga sipil di Donbass, Ukraina.
Menurut Lavrov, pernyataan terkait penyerangan yang menyebabkan tumpah darah tersebut sebagai kesalahan Rusia adalah fakta yang tak berdasar.
"Singkatnya, mereka berbohong. Fakta sudah diketahui, Kementerian Pertahanan kami menyajikan fakta setiap hari," kata Lavrov, dikutip dari TASS, Kamis (7/7/2022).
Sebelumnya, dikutip dari aljazeera, Pemerintah Amerika Serikat (AS) akan kembali mengirim bantuan untuk Ukraina dengan dua sistem rudal NASAMS, empat radar kontra-artileri, dan sekitar 150.000 butir amunisi artileri 155mm.
Turki telah mempersenjatai Ukraina dengan drone tempur Bayraktar TB2. Inggris telah memberikan dukungan lebih dari setengah miliar dolar, termasuk kendaraan lapis baja, rudal anti-tank, sistem pertahanan udara, roket dan bahan peledak.
Baca Juga
Kanada juga telah memberikan pasokan senilai lebih dari US$200 juta sejak Februari. Selain itu, Jerman juga memasok artileri 155 mm, 16 juta butir amunisi, 100 ribu granat tangan, dan kendaraan militer.
"Negara Barat tentu harus mengakui tanggung jawab mereka, terlepas dari apa yang dikatakan Presiden Zelensky dan timnya. Barat harus mengakui tanggung jawabnya atas kematian warga sipil terutama di Donbass dan bagian lain Ukraina di mana rezim Kiev menggunakan senjata ini,"
Dia merujuk pada bantuan senjata militer kepada Ukraina yang belakangan dipasok langsung oleh AS dan negara barat lainnya yang menjadi alat intimidasi warga sipil.
"Secara umum, ini adalah terorisme negara," kata diplomat top Rusia itu.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan sebelumnya bahwa Angkatan Bersenjata Ukraina telah menargetkan daerah pemukiman di kota-kota Rusia Belgorod dan Kursk menggunakan rudal Tochka-U dengan amunisi tandan dan drone Tu-143 Reis pada Minggu (3/7/2022).