Bisnis.com, JAKARTA - Sedikitnya 50 orang tewas akibat serangan kelompok bersenjata di sebuah desa di Burkina Faso utara, kata seorang juru bicara pemerintah.
Penyerang melancarkan serangan semalam antara Sabtu dan Minggu di wilayah Seytenga, bagian dari Provinsi Seno, yang terletak di perbatasan di mana pejuang yang terkait dengan al-Qaeda dan ISIS terlibat dalam pemberontakan bersenjata.
"Tentara sejauh ini telah menemukan 50 mayat setelah desa Seytenga diserang Sabtu malam, ujar juru bicara pemerimtah, Lionel Bilgo seperti dikutip Aljazeera.com, Selasa (14/6/2022).
Dia menambahkan bahwa jumlah korban tewas "mungkin meningkat".
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengutuk serangan itu, yang dikatakan telah "menimbulkan banyak korban" dalam sebuah pernyataan.
Lembaga itu meminta pihak berwenang untuk membawa para pelaku ke pengadilan.
Baca Juga
Seytenga adalah lokasi pertempuran berdarah pekan lalu antara pemberontak dan pasukan pemerintah. Sebelas polisi tewas pada hari Kamis(9/6/2022), sehingga memicu operasi militer yang menurut tentara menyebabkan kematian sekitar 40 pejuang pemberontak.
"Pertumpahan darah itu disebabkan oleh pembalasan atas tindakan tentara," kata Bilgo.
“Negara telah dipukul tetapi tentara melakukan tugasnya,” katanya.
Organisasi kemanusiaan di wilayah itu menyatakan sekitar 3.000 orang ditampung di kota-kota tetangga setelah melarikan diri dari desa.
Serangan itu adalah salah satu yang paling berdarah sejak kudeta militer pada bulan Januari, ketika seorang kolonel tentara nasional marah atas kegagalan pejabat untuk mengalahkan kelompok bersenjata.
Dia kemudian menggulingkan presiden terpilih negara itu, Roch Marc Christian Kabore.
Orang kuat baru negara itu, Letnan Kolonel Paul-Henri Sandaogo Damiba, segera bersumpah untuk menjadikan keamanan sebagai prioritas utamanya.
Setelah jeda pertempuran akibat kudeta, serangan kembali terjadi sehingga menimbulkan ratusan korban sipil dan militer selama tiga bulan terakhir. Serangan terkonsentrasi di utara dan timur negara itu.
Negara bagian Sahel yang terkurung daratan berada dalam cengkeraman pemberontakan bersenjata tujuh tahun yang telah merenggut lebih dari 2.000 nyawa dan memaksa sekitar 1,9 juta orang meninggalkan rumah mereka di Burkina Faso sejak 2015.