Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan bahwa perjalanannya ke Israel belum selesai. Kendati demikian, dia mungkin akan melakukan kunjungan yang sangat mahal ke Arab Saudi lantaran pemerintah AS ingin menopang aliansi Timur Tengah.
Spekulasi mengenai perjalanan ke Timur Tengah, yang akan dilakukan pada pertengahan Juni 2022, telah meningkat dalam beberapa hari terakhir dengan beberapa laporan yang menghubungkan kunjungan perjalanan ke pembicaraan yang ditengahi AS antara Mesir dan Arab Saudi yang mencakup langkah-langkah menuju normalisasi dengan Israel.
Kendati demikian, Joe Biden masih belum yakin apakah dia akan mengunjungi Arab Saudi.
"Saya tidak yakin apakah saya akan pergi," kata Biden, melansir Times of Israel, Sabtu (4/6/2022).
Gedung Putih sebelumnya telah mendorong Riyadh untuk meningkatkan produksi minyak untuk menurunkan harga gas yang melonjak akibat sanksi yang dijatuhkan oleh AS ke Rusia, atas penyerangannya ke Ukraina.
Biden menuturkan, saat ini AS telah terlibat dan berupaya untuk membawa lebih banyak stabilitas dan perdamaian di Timur Tengah.
"Ada kemungkinan bahwa saya akan bertemu dengan Israel dan beberapa negara Arab, termasuk Arab Saudi, jika saya pergi. Tetapi saat ini saya belum memiliki rencana [untuk berkunjung ke Arab Saudi]," ungkap dia.
Kepada Perdana Menteri Naftali Bennett, Biden menyampaikan bahwa dirinya berencana untuk mengunjungi Israel dalam beberapa bulan mendatang. Namun, pihaknya belum mengumumkan secara resmi kapan Biden akan mengunjungi Israel.
Seorang pejabat Israel mengatakan kepada Times of Israel bahwa perjalanan tersebut kemungkinan bakal berlangsung pada 19 Juni, termasuk kunjungan presiden ke Yerusalem Timur.
Sementara itu, seorang pejabat AS mengonfirmasi bahwa Biden juga akan melakukan perjalanan ke Tepi Barat dan bertemu dengan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas.
Namun, bagian terpenting dari perjalanan tersebut tampaknya akan berlangsung di Riyadh, ketika Washington berusaha untuk memperbaiki hubungan dengan kerajaan Teluk yang kini dipimpin oleh Mohammed bin Salman.
Sebagaimana diketahui, selama kampanye, Biden bersumpah untuk memperlakukan kerajaan Teluk sebagai 'pariah' atas catatan hak asasi manusianya. Saat ditanya apakah dia masih memegang pandangan itu, Biden mengindikasikan bahwa dia bersedia berkompromi untuk perdamaian.
"Saya tidak akan mengubah pandangan saya mengenai HAM, namun sebagai Presiden AS, tugas saya adalah sebisa mungkin membawa perdamaian. Itulah yang akan saya coba dan lakukan," katanya.
Pemerintahan Biden dilaporkan telah menengahi pembicaraan antara Arab Saudi dan Mesir, dengan tujuan untuk menyelesaikan kesepakatan untuk mentransfer pulau-pulau Laut Merah, Tiran dan Sanafir dari Kairo ke Riyadh. Pulau-pulau tersebut menonjol dalam perjanjian damai Israel-Mesir 1979 dan pemindahan tersebut membutuhkan dukungan dari Israel.
Oleh karena itu, AS dan Israel dilaporkan tengah mendorong Riyadh untuk mengambil serangkaian langkah kecil menuju normalisasi penuh dengan Yerusalem sebagai imbalan atas kepatuhan Israel terhadap transfer pulau tersebut.
Menurut Biden, masih terlalu dini untuk secara terbuka membahas pertemuan dengan Putra Mahkota Saudi Mohammad bin Salman jika dia melakukan perjalanan ke Riyadh. Yang ingin dilakukan Biden, yaitu memastikan bahwa AS mengurangi kemungkinan perang yang tidak masuk akal antara Israel dan negara-negara Arab.