Bisnis.com, JAKARTA - Pasukan Rusia semakin gencar mengepung kota terbesar di Donbas, Sievierodonetsk. Sebelumnya, Rusia diketahui tengah berusaha mengendalikan seluruh Kota Donbas.
Hanya saja, serangan pasukan Rusia tidak memiliki kemajuan cepat seperti yang diduga. Pasalnya perkembangan serangan Rusia diperumit dengan adanya beberapa pabrik kimia besar di daerah Sievierodentsk.
Gubernur wilayah Luhansk, Serhiy Gaidai sebelumnya mengungkap sekitar 15.000 warga sipil tersisa di Sievierodonetsk.
Sementara, sebagian besarnya, yaitu sekitar 120.000 orang telah melarikan diri dari pengeboman brutal oleh artileri Rusia.
Sementara itu, kini pasukan Rusia mendorong tujuan utamanya di Donbas dan membuat Volodymyr Zelenskyy kesulitan, "Situasi ini masih tetap sangat sulit," ujarnya seperti dikutip dari ChannelNewsAssia.com, Selasa (31/5/2022).
Di sisi lain, tepatnya di Kyiv bagian selatan otoritas Ukraina mengatakan pasukannya melakukan perlawanan keras dan mendorong pasukan Rusia mundur ke posisi bertahan yaitu di Andiriyivka, Lozove, dan Bilohorka.
Baca Juga
Lokasi tersebut merupakan perbatasan Provinsi Kherson dimana Rusia mencoba merebut kendali.
Pada waktu yang sama, Uni Eropa menyetujui pemotongan impor 90 persen minyak Rusia di akhir tahun 2022 ini. Tujuannya untuk menghancurkan keuangan pemerintah Kremlin, Kompleks Istana di pusat Kota Moskow, Rusia.
Kesepakatan larangan impor minyak Rusia ini disetujui pada pertemuan puncak Uni Eropa di Buressel, Senin (30/5/2022) kemarin.
"Perjanjian untuk melarang ekspor minyak Rusia ke UE akan mencakup lebih dari dua pertiga impor minyak dari negara itu sehingga memotong sumber pembiayaan yang sangat besar untuk mesin perangnya," cuit kepala Dewan Eropa, Charles Michel selama KTT.